Rabu 29 Jun 2022 05:18 WIB

Sistem Pemesanan Haji Saudi Banyak Masalah, Calon Jamaah Haji Inggris Terlantar

Jamaah haji Inggris batal berangkat karena sistem motawif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Sistem Pemesanan Haji Saudi Banyak Masalah, Calon Jamaah Haji Inggris Terlantar. Foto:  Isyarat-isyarat di Masjid al-Haram tidak Ada yang berbahasa Indonesia. Hanya ada bahasa Arab, Inggris, dan Urdu. Ini menjadi salah satu faktor rawannya jamaah haji Indonesia tersesat. Pemerintah memaksimalkan Sekto Khusus Masjid al-Haram mengantisipasi ini.
Foto: Republika/Nasih Nasrullah
Sistem Pemesanan Haji Saudi Banyak Masalah, Calon Jamaah Haji Inggris Terlantar. Foto: Isyarat-isyarat di Masjid al-Haram tidak Ada yang berbahasa Indonesia. Hanya ada bahasa Arab, Inggris, dan Urdu. Ini menjadi salah satu faktor rawannya jamaah haji Indonesia tersesat. Pemerintah memaksimalkan Sekto Khusus Masjid al-Haram mengantisipasi ini.

IHRAM.CO.ID,LONDON – Ratusan muslim Inggris yang memesan perjalanan ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji harus menelan kenyataan pahit. Mereka marah dan frustasi lantaran berpotensi gagal berangkat meski sudah membayar ribuan poundsterling untuk tiket pesawat dan hotel melalui Motawif.

Awal bulan ini, Kementerian Haji dan Umrah Saudi mengumumkan bahwa calon jamaah dari Eropa, AS dan Australia tidak dapat lagi memesan paket haji melalui agen perjalanan. Sebaliknya, mereka harus mendaftar melalui sistem lotre yang disebut Motawif. Namun ternyata sistem ini masih belum mumpuni dan membuat calon jamaah haji di Inggris merugi.

Baca Juga

Setelah tiga tahun menunggu menunaikan ibadah haji yang awalnya ia pesan pada tahun 2020 sebelum ditunda karena pandemi Covid, Muneeb Sidyot dari Leicester berhasil memesan tahun ini melalui Motawif. Dia segera diberitahu melalui email bahwa pembayarannya berhasil, tetapi pemesanan gagal hingga beberapa kemudian dia mendapat pemberitahuan bahwa penerbangannya telah dipesan.

Skeptis tentang jaminan Motawif, Sidyot menghubungi maskapai penerbangannya, Saudi Airlines, 48 jam sebelum penerbangan.

Ternyata, nama Sidyot dan istrinya tidak masuk dalam daftar penerbangan. Karenanya dia dipastikan gagal berangkat haji tahun ini.

“Mengapa Motawif mengambil uang saya, jika sebuah paket berpotensi terjual?” kata Sidyot seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (28/6/2022).

Di sisi lain, Sidyot juga tak begitu yakin Motawif bakal melakukan refund secara penuh. “Kami tidak ingin kehilangan satu sen pun, kami belum menerima layanan apapun selain kesusahan dan waktu kami terbuang hanya untuk mencoba menghubungi agen,” kata dia.

Calon haji lain yang gagal berangkat karena ketidakprofesionalan Motawif adalah Adam Ali, seorang profesional kesehatan dari Preston Inggris. Padahal dia sudah mengatur cuti kerja dan membayar hampir 20 ribu poundsterling atau sekitar Rp 370 juta.

Motawif mengklaim memiliki pusat panggilan 24/7 yang tersedia dalam berbagai bahasa. Ali menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan panggilan internasional ke Motawif, bahkan ke Holidayme dan Umrahme, anak perusahaan dari mitra teknologi Motawif di Dubai, Traveazy.

"Ini mimpi buruk. Dua minggu pertama waktu cuti habis untuk duduk di rumah dan melakukan pekerjaan admin: mengajukan pertanyaan,” kata Adam Ali.

Kisah Sidyot dan Ali adalah kisah biasa bagi calon jemaah haji yang terlantar. Banyak yang memposting di Twitter menggunakan tagar #paidbutfailed untuk mendapatkan tanggapan dari Motawif, yang menurut mereka lambat merespons.

Dia dan istrinya dijadwalkan terbang ke Arab Saudi dari bandara Manchester pada hari Sabtu. Ketika Ali menghubungi maskapai penerbangan dan hotelnya sehari sebelumnya untuk mengkonfirmasi reservasinya, dia menemukan bahwa tidak ada reservasi yang dibuat.

Situasinya sangat sulit bagi pasangan itu, yang memiliki seorang putra berusia empat tahun dengan kesulitan belajar. Motawif memberi Ali jaminan bahwa mereka akan menyelesaikan masalah pemesanannya dalam waktu 72 jam.

Dengan penerbangan terakhir untuk jemaah haji internasional sekitar minggu depan, mereka dapat dialokasikan penerbangan kapan saja, yang berarti harus meninggalkan sang putra dengan sedikit pemberitahuan.

“Memikirkannya saja sudah sangat memilukan bagi kami berdua.  Kami ingin menghabiskan dua minggu terakhir bersamanya untuk memberinya cinta dan kasih sayang, jadi dia tidak akan terpengaruh oleh ketidakhadiran kami ketika kami pergi,” kata dia.

Bagi Ali dan banyak orang lain seperti dia, penantian cemas berlanjut untuk melihat apakah Motawif akan memenuhi janjinya untuk menjadwal ulang penerbangan mereka.

 

Sumber 

https://www.theguardian.com/world/2022/jun/27/british-muslims-stranded-saudi-arabia-hajj-booking-system-motawif

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement