Selasa 19 Apr 2022 14:34 WIB

Ketika Doa Terhalang Makanan Haram (3)

Ketika Doa Terhalang Makanan Haram (3)

Rep: Siwi Tri Puji/ Red: Endah Hapsari
Doa dan Makanan Halal:Pilihlah makanan halal/ilustrasi
Foto: arabianoilandgas.com
Doa dan Makanan Halal:Pilihlah makanan halal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam hadis lain disabdakan pula, "Dan jika kamu memohon kepada Allah Azza wa Jalla, wahai manusia, mohonlah langsung ke hadirat-Nya dengan keyakinan yang penuh bahwa doamu akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa hamba-Nya yang keluar dari hati yang lala." (HR Ahmad). Jadi dapat disimpulkan, ketakutan dan keresahannya itulah yang menyebabkan doanya tidak tersampaikan dengan sempurna.

Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa mekanisme tobat dapat memperbaiki kualitas hidup dan keimanan seseorang. Proses tobat adalah sebuah proses katarsis atau ventilasi yang merupakan "jendela" atau "pintu" bagi terlepasnya beban psikologis yang ditanggung akibat perbuatan dosa. Tetapi tentu saja proses tobat keberhasilannya juga sangat tergantung pada seberapa dalam keyakinan kita tentang konsep Allah yang Maha Pengampun. Bila kita sudah berprasangka bahwa Allah tidak akan memaafkan, maka jangan berharap kalau tobat kita akan melancarkan segalanya. Justru malah menjadi beban psikologis baru.

Bagaimana dengan orang yang hanya ragu tentang kehalalan makanannya? Bila ragu seharusnya dihindari (syubhat). Mengapa? Karena keraguan itu akan menumbuhkan kecemasan. Dan kecemasan pada gilirannya akan menghasilkan kondisi chaos. 

Karena itu, Rasulullah SAW mewasiatkan agar kita menjauhi hal-hal yang meragukan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, antara keduanya terdapat hal-hal samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjaga diri dari hal-hal yang samar itu, maka ia telah menjaga agama dan harga dirinya; dan barangsiapa jatuh ke dalam hal yang samar, maka ia telah jatuh kepada hal yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang, nyaris ia masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap raja mempunyai daerah larangan. Ketahuilah, sesungguhnya daerah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya." (HR Bukhari Muslim).

 

Untuk itu, sebelum kita dihisab di akhirat kelak tentang bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah dalam hal kemampuan berkomunikasi (al-bayan), maka sebaiknya kita bertanya dan menyelidiki secara intensif kehalalan suatu produk makanan. Bukankah yang akan diperhitungkan kelak di hari akhir tidak hanya sekedar dosa yang disengaja saja, melainkan juga kelalaian kita dalam mencegah terjadinya kemungkaran akan dipertanyakan dan ditimbang?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement