Rabu 23 Oct 2019 14:23 WIB

Al-Hajib Al-Manshur, Kemuliaan Hadir Lewat Keinginan Kuat

Al-Hajib al-Manshur menerima simpul kekuasaan ketika negeri sedang menghadapi bencana

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Istana Kordoba di Spanyol.
Foto: Observer
Istana Kordoba di Spanyol.

Al-Hajib al-Manshur dilahirkan pada 326 H/938 M di Provinsi Algeciras, di kota Torrox, selatan Andalusia. Nasabnya Muhammad ibn Abdullah ibn Amir ibn Abi Amir Muhammad ibn al-Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik al-Maafiri. Abdul Malik al-Maafiri termasuk rombongan terakhir yang turut serta dalam misi penaklukan Andalusia bersama Thariq ibn Ziyad.

Setelah mencapai usia baligh, al-Hajib al-Manshur pergi ke Kordoba, pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Ia gemar menghadiri majelis-majelis keilmuan, meskipun ia miskin dan sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya. Ia menimba ilmu kepada seluruh ahli fikih Kordoba.

Keinginan kuat dan tekad baja adalah kata-kata yang layak disematkan pada sosok al-Hajib. Seorang kuli angkut (buruh upahan) dan berkubang kemiskinan tidak menghalanginya untuk mencari kemuliaan tertinggi.

Kefakiran tidak mencegahnya dalam berjuang mencapai kedudukan paling prestisius. Seorang lelaki dari kelas sosial rendah dan terlupakan sanggup memegang kendali pemerintahan dan menjadi penguasa Andalusia!

Lelaki yang kisahnya menjadi bukti sejarah bahwa tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi keinginan kuat dan tekad baja. Anak yang tidak dibentuk oleh nasab atau kekayaan dan tidak pula ditinggikan oleh keluarga atau kaumnya.

Namun, ia membentuk kemuliaannya dengan tangan dan usahanya sendiri. Ia menjadi lelaki Andalusia pertama dalam hal kecerdasan dan kesungguhan. Kisah al-Hajib al-Manshur sama seperti kisah Abdurrahman al-Dakhil. Keduanya tidak pernah mau menerima alasan dari orang malas, lamban, dan lembek. Siapa saja yang bersih tekadnya dan kuat keinginannya, ia pasti akan meraih tujuannya.

Sesuai dengan orang bertekad baja, tekad akan datang Dan sesuai dengan orang mulia, kemuliaan akan datang

Ini menjadi seruan bagi seluruh pemuda. Mereka pasti akan menghadapi berbagai macam kesulitan dan tantangan bertubi-tubi, dan itu memang sudah menjadi hokum alam, sunnatullah. Namun, mereka tidak boleh gentar menghadapi segala kesulitan dan tantangan. Tekad dan ambisi mereka tidak boleh luntur, tapi harus kuat. Mereka mesti meniru dan meneladani al-Dakhil dan al-Hajib.

Al-Hajib al-Manshur menerima simpul-simpul kekuasaan ketika negeri tengah dilanda bencana besar. Tapi berkat kekuatan dan kecerdasannya, ia sukses menyelamatkan negeri dari api fitnah serta mengembalikan wibawa dan kemuliaan Andalusia. 

Mengadili Pelayan

Selain memiliki kemuliaan dan kedigdayaan, al-Hijab juga dikenal sebagai penguasa yang adil. Keadilan adalah pilar seorang raja. Dengannya, langit dan bumi berdiri tegak.

Ada banyak kisah tentang keadilan al-Hajib dan kecintaannya pada kebenaran tanpa pilih kasih. Suatu hari, saat duduk di majlis, al-Hajib didatangi seseorang lelaki dari kalangan jelata. Lelaki ini meminta izin berbicara dan al-Hajib mengizinkanya. “Aku ingin mengadukan kezaliman yang sudah menimpaku,” katanya kepada al-Hajib. “Siapa yang telah menzalimimu?” tanya al-Hajib. Lelaki itu lalu menunjuk seorang pelayan istana yang tengah duduk di samping al-Hajib. Pelayan ini adalah pelayan kepercayaan dan kesayangan al-Hajib. “Sudahkah engkau mengadukan masalahmu pada hakim?”. “Sudah, tapi hakim tidak melakukan apa-apa. Aku belum mendapatkan hakku dan aku masih terzalimi,” kata lelaki itu.

Al-Hajib seketika marah besar dan berkata pada sang hakim yang sudah dihadirkan, “Hai Abdurrahman, tidak mampukah engkau berbuat adil atau memang engkau menganggapnya sepele?”

Sang hakim berkata, “Ia pelayanmu, Tuan. Bagaimana mungkin aku menghukumnya? Ia mempunyai kedudukan di sisimu.” Tanpa basa-basi, al-Hajib langsung memerintahkan sang pelayan agar melepaskan pekerjaannya, menanggalkan pakaian kerjanya, dan mengembalikan gaji yang telah diterimanya. Sang pelayan taat dan menuruti perintah al-Hajib. “Duduklah Bersama penuntutmu di hadapan hakim!” kata al-Hajib.

Hakim Abdurrahman mendengar pernyataan dari kedua pihak beperkara, baik dari lelaki jelata yang merasa terzalimi maupun dari sang pelayan. Setelah mendengar kesaksian dari sejumlah saksi, hakim memenangkan si lelaki jelata dan mengembalikan hak-haknya lagi. Al-Hajib lalu memerintahkan supaya sang pelayan dihukum seberat-beratnya. “Mengapa Tuan melakukan itu padanya?” tanya seseorang. Al-Hajib menjawab, “Ia tidak berbuat zalim kecuali karena kedudukannya. Hukumannya harus dua kali lipat karena ia sudah menyalahgunakan kedudukannya.”

Wafat dalam Keadaan Berjihad (392 H/1002 M)

Al-Hajib pergi meninggalkan ibu kota untuk berjihad di wilayah utara. Waktu itu usianya sudah 60 tahun. Setibanya di Medinaceli, ia menyiapkan segala kebutuhan jihad, pasukan, dan perbekalan. Namun, sebelum perang berkobar, kematian sudah menghampirinya. Ia wafat di atas ranjang karena sakit. Konon, itu karena luka serius yang didapatnya dalam sebuah peperangan. Saat masih hidup, ia selalu berdoa dan memohon kepada Tuhannya supaya mematikan dirinya dalam keadaan berjihad. Ia akhirnya menghadap Tuhannya pada 392 H/1002 M.

Al-Hajib al-Manshur wafat setelah berjihad selama sekitar 30 tahun dan lebih dari 50 kali pertempuran. Ia tidak pernah berhenti memberi dan mengasihi. Ia telah mengangkat pamor Andalusia ke posisi yang belum pernah dicapai, baik sebelum maupun sesudah masanya. Semoga Allah merahmati dan mengampuninya.

Pengirim: Diko Ahmad Riza Primadi

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement