Selasa 12 Nov 2019 21:45 WIB

Pemuda Harapan Negeri, Pemuda yang di Cinta Nabi

Maulid ini harus jadi momentum para pemuda harapan negeri untuk meneladani Nabi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah jamaah saat mendengar ceramah pada acara Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAW ke 1493 di Jalan KS Tubun, Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah jamaah saat mendengar ceramah pada acara Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAW ke 1493 di Jalan KS Tubun, Jakarta, Jumat (9/11).

IHRAM.CO.ID, Setiap pemuda adalah permata bagi negrinya. Harapan tinggi untuk para pemuda agar mereka menjadi sosok generasi yang unggul dan mampu menjadi tokoh dimasa yang akan datang.  “Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi”.  

Karena itulah Islam memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, negara memberikan perhatian besar pada generasi muda ini.

Pemuda adalah masa dimana mereka memiliki kepekaan yang tinggi, berpikir kritis dan mampu mengoptimalkan setiap potensinya. Pemuda sebagai tonggak estafet bangsa, pewaris peradaban dunia, maka hancur makmurnya sebuah bangsa di masa depan tergantung kondisi pemuda sekarang. 

Namun, melihat kodisi remaja sekarang. Harapan itu menjadi sirna. Remaja seolah kehilangan identitasnya, kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang memiliki karakter islam.

Remaja menjadi sosok yang keras mental, kering jiwanya, jumud dalam mencari solusi, dan seringkali jalan pintas yang dicari. Atas nama kebebasan berekspresi remaja ugal-ugalan di jalan dengan alasan mencari jati diri, pacaran, free sex menjadi kegiatan sehari-hari.

Lebih mudah mencari pemuda pandai menyanyi daripada pemuda pandai mengaji, lebih mudah mencari pemuda yang meniru Song Joong Ki daripada meniru Nabi. 

Pemuda Dalam Islam

Fitrah manusia memiliki gharizah tadayyun, yaitu menjadi hamba yang senantiasa taat kepada Allah SWT. Begitu pula para pemuda, dimasa transisi mereka lebih cenderung untuk senantiasa totalitas dalam ketaatan kepada Allah SWT, Namun dengan diterapkannya sistem kapitalis sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), negara telah mencabut fitrah yang ada dalam diri mereka.

Masa-masa berkualitasnya tidak diarahkan/di atur oleh aturan Islam, bingung mencari sosok panutan. maka lahirlah dari rahim kapitalis sekuler ini pemuda yang kering identitas, bingung, dan jumud. Mereka tidak tahu dari mana mereka berasal, untuk apa mereka ada di dunia, dan tidak memahami bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan akan di hisab oleh Allah SWT. 

Melihat sejarah di masa kegemilangan islam, yang menerapkan aturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Assunah, lahir pemuda-pemuda unggul yang bersyakhsiyyah Islam, menjadi sosok ulama sekaligus ilmuan, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, Al Zahrawi, Jabir Ibn Hayyan. Mereka Memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu untuk beribadah. 

Ketaatan yang totalitas adalah bentuk pengembalian fitrah manusia yang sesungguhnya, menemukan jati diri dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT, menerapkan hukum-hukum-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya.

“Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah”.  [HR. Ahmad] Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran.

Bulan Maulid ini adalah bulan lahirnya Rasululloh tercinta, momentum yang tepat bagi kita untuk meneladani Beliau. Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan untuk membuktikan betapa besarnya cinta kita  kepada Beliau. Salah satunya dengan menerapkan aturan Islam  dalam setiap sendi kehidupan

Wallahu`alam bish-showab

Pengirim: Didah Halimatussa'diah, guru asal Ciamis

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement