Kamis 05 Mar 2020 10:51 WIB

Menyelamatkan Sisa Gudang Rempah-Rempah VOC

Gudang rempah itu saat ini dijadikan Museum Bahari.

Wisatawan mancanegara mengunjungi Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta, Rabu (24/1).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Wisatawan mancanegara mengunjungi Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta, Rabu (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Gudang rempah-rempah VOC yang telah berusia hampir tiga abad ini akhirnya berhasil diselamatkan dari keruntuhan. Peninggalan bersejarah di masa kejayaan perdagangan rempah-rempah ini, sejak tahun 1970-an pada masa Gubernur DKI Ali Sadikin telah dijadikan sebagai Museum Bahari, terletak di Pasar Ikan, Jakarta Utara, yang pada masa VOC merupakan pusat pemerintahan kolonial. Gedung ini ketika terjadi gelombang pasang air laut (rob), beberapa bagian dari tembok-temboknya telah rusak dan air masuk ke dalam gedung setinggi dengkul.

 

Menurut mantan kepala Dinas Sejarah dan Permuseuman DKI Jakarta, Pinondang Simanjuntak, untuk menyelamatkan amukan dari badai laut yang sering menyerang gedung yang terletak tidak jauh dari pantai ini, telah dibangun folder hingga air dapat ditampung dan dipompa bila sewaktu-waktu terjadi badai rob. Biayanya Rp 4 miliar.

 

Dulu, gudang rempah-rempah ini terletak di tepi pantai hingga kapal banyak berdatangan dari mancanegara dapat merapat untuk mengangkut dan bongkar muat rempah-rempah yang ketika itu merupakan komoditas yang banyak digemari. Sekarang, di sekitar Museum Bahari merupakan jalan besar termasuk pos polisi yang dikelilingi oleh para pedagang kaki lima.

Di samping kanan Museum Bahari, terdapat kastil atau benteng besar Batavia yang kini sudah hampir tidak berbekas sama sekali. Sedangkan dari kejauhan terdapat Menara Syahbandar. Jika naik di lantai tiga menara ini, kita dapat menikmati panorama indah kawasan tertua di Batavia yang menjadi cikal bakal Jakarta yang kini menjadi kota megapolitan.

Menelusuri bangunan tua peninggalan VOC ini, seolah-olah kita diajak mengarungi lautan yang luas melalui koleksi-koleksi yang dipamerkan yang jumlahnya 1.670 buah. Kita akan mendapati foto perkembangan teknologi pelayaran yang dimulai dari penggunaan dayung (tenaga manusia) sampai pemanfaatan layar (tenaga angin), kapal uap, dan tenaga mesin.

 

Kita juga akan mendapati foto tokoh Kerajaan Maritim Nusantara, seperti Sultan Hasanuddin yang dijuluki ayam jantan dari timur dan tokoh penting dari TNI-AlRI. Di sekitar Museum Bahari yang di bagian belakangnya terdapat Kampung Luar Batang, kita masih dapati peninggalan dari pertengahan abad ke-17. Hampir semua peninggalan itu berkaitan erat dengan kegiatan pokok waktu itu: ‘perdagangan dan pelayaran’.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement