Rabu 11 Mar 2020 19:29 WIB

Raja dan Ratu Belanda Berkunjung ke Keraton Yogyakarta

Sri Sultan HB X menanti mengenakan pakaian taqwa dan penutup kepala kuluk kanigoro.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Raja Belanda Willem Alexander (kedua kiri) dan Ratu Maxima (kiri) berfoto bersama Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kedua kanan) dan GKR Hemas (kanan) saat melakukan kunjungan di Keraton Yogyakarta, Rabu (11/3/2020).(Antara/Andreas Fitri Atmoko)
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Raja Belanda Willem Alexander (kedua kiri) dan Ratu Maxima (kiri) berfoto bersama Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kedua kanan) dan GKR Hemas (kanan) saat melakukan kunjungan di Keraton Yogyakarta, Rabu (11/3/2020).(Antara/Andreas Fitri Atmoko)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tari Beksan Lawung Ageng jadi sambutan yang disajikan Keraton Yogyakarta menyambut Raja dan Ratu Belanda. Tari itu menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak, diciptakan Sri Sultan HB I yang terinspirasi perlombaan watangan.

Watangan merupakan latihan ketangkasan berkuda, memainkan tombak yang biasa dilakukan abdi dalem prajurit pada masa lalu. Seorang prajurit akan berkuda sambil membawa tombak berujung tumpul yang disebut lawung.

Lawung digunakan untuk menyerang dan menjatuhkan lawan. Perlombaan ini dulu diadakan di Alun Alun Utara, diiringi gamelan Kiai Guntur Laut yang mainkan gendhing monggang dan mengandung unsur heroik, patriotik, dan maskulin.

"Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari Bahasa Madura, Melayu, dan Jawa, dialog umumnya perintah-perintah dalam satuan keprajuritan," kata Kasubag Humas Biro Umum dan Protokol Setda DIY, Aditya Nanaryo, Rabu (11/3).

Raja Willem Alexander mengenakan jas dan Ratu Maxima Zorreguita mengenakan gaun. Kedatangan Raja dan Ratu Belanda itu di Regol Keben atau Sri Manganti disambut empat dari lima putri Sri Sultan yang semuanya mengenakan kebaya.

Mereka didampingi menuju Regol Donopratopo. Di sana, Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menanti mengenakan pakaian taqwa dan penutup kepala kuluk kanigoro, didampingi Ratu Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hemas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement