Rabu 11 Mar 2020 22:44 WIB

Tradisi Banyu Panguripan Warisan Dakwah Kultural Sunan Kudus

Banyu Panguripan diambil dari mata air sebanyak 51 sumber mata air berbeda.

Banyu Panguripan diambil dari mata air sebanyak 51 sumber mata air berbeda. Wisatawan mengunjungi Masjid Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2019).(Antara/Yusuf Nugroho)
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Banyu Panguripan diambil dari mata air sebanyak 51 sumber mata air berbeda. Wisatawan mengunjungi Masjid Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2019).(Antara/Yusuf Nugroho)

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS— Ratusan warga dari berbagai daerah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berebut "banyu penguripan" atau air penghidupan yang berasal dari sebanyak 51 sumber mata air setelah dikirab dari Alun-alun Kudus menuju Masjid Menara Kudus, Rabu.

Warga sendiri sudah menantikan kehadiran rombongan peserta kirab yang membawa air dari 51 sumber mata air, sebanyak 50 sumber mata air di antaranya dari Kabupaten Kudus dan satu sumber mata air dari Sunan Kalijaga, Kabupaten Demak.

Baca Juga

Setelah peserta kirab sampai di halaman Menara Kudus, kemudian 51 sumber mata air tersebut dicampur menjadi satu dan didoakan ulama setempat sebelum dibagikan kepada masyarakat.

Puluhan sumber mata air dari Kudus tersebut, di antaranya mata air dari Rahtawu, Sendang Dewot, Wonosoco, sendang Dudo, Hadipolo, yang kemudian disatukan dalam satu wadah berupa gentong tanah berukir untuk dibagikan kepada warga.

 

Maesaroh, salah seorang warga di Kudus mengakui rela berpanas-panasan demi mendapatkan air penghidupan yang berasal dari puluhan sumber mata air tersebut.

Selain ingin mendapatkan air tersebut, warga asal Semarang itu juga ingin melihat kirab air penghidupan yang berasal dari 51 sumber mata air bersama teman-temannya.

"Mudah-mudahan air yang saya minum bisa mendatangkan keberkahan," Maesaroh.

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Muhammad Nadjib, Hassan mengatakan kirab "banyu penguripan" merupakan bagian dari strategi dakwah Kanjeng Sunan Kudus, Sayyid Jafar Shadiq.

Warga dan masyarakat, kata dia, percaya bahwa sumber mata air yang telah didoakan dengan bacaan Alquran itu bisa memberikan kesehatan dan keberkahan.

"Air itu merupakan sumber kehidupan yang patut dilestarikan sehingga bisa bermanfaat untuk generasi penerus. Keberadaan 'banyu penguripan' memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kudus," kata Muhammad Nadjib Hassan.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus, Samani Intakoris, menjelaskan air yang dikumpulkan tersebut merupakan simbol persatuan yang bisa memperkokoh umat.

Terlebih lagi, kata dia, sikap toleransi yang dimiliki Sunan Kudus sangat baik sehingga dapat menjadi contoh kehidupan pada masa kini.

"Air ini bisa menjadi sumber dakwah dan peran sosial untuk masyarakat menjaganya, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan,"kata dia.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement