Kamis 12 Mar 2020 21:56 WIB

Presiden Minta Warga Tingkatkan Kewaspadaan, Tapi tak Panik

Pemerintah belum memiliki opsi untuk lock down.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kedua kiri), Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (kedua kanan), Dirut RSUP Persahabatan Rita Rogayah (kiri), dan Direktur Medik dan Keperawatan Alsen Arlan (kanan) bersiap memberikan keterangan pers terkait perkembangan pasien COVID-19 di RSUP Persahabatan, Jakarta, Kamis (12/3/2020).( Antara/Indrianto Eko Suwarso)
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kedua kiri), Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (kedua kanan), Dirut RSUP Persahabatan Rita Rogayah (kiri), dan Direktur Medik dan Keperawatan Alsen Arlan (kanan) bersiap memberikan keterangan pers terkait perkembangan pasien COVID-19 di RSUP Persahabatan, Jakarta, Kamis (12/3/2020).( Antara/Indrianto Eko Suwarso)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo berpesan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Corona jenis baru (COVID-19) yang sudah menjadi pandemi dunia. Kendati begitu warga diminta tetap rasional dan tidak panik.

Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis malam.

Baca Juga

"Presiden sampaikan kewaspadaan dinaikkan, kehati-hatian dinaikkan, tetapi jangan panik," ujarnya.

Dengan status pandemi COVID-19, Yurianto mengatakan pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan termasuk ketersediaan stok alat kesehatan. Hal ini juga dilakukan banyak negara saat ini, menyusul status pandemi yang berarti virus Corona kini bisa mengancam seluruh negara.

Yurianto mengatakan pemerintah sudah memastikan stok masker, kacamata, hingga obat-obatan. Di antaranya, pemerintah Indonesia menyiapkan 10 ribukit (set) alat kesehatan dan 15 juta masker.

"Termasuk jumlah kebutuhan kit laboratorium pemeriksaan yang masing-masing akan membutuhkan. Kita sudah menyiapkan 10 ribu kit, dan akan kita tambah lagi," kata Yurianto.

Dia mengatakan BUMN dan BUMD juga telah berkomitmen memastikan ketersediaan masker untuk warga Indonesia.

"Lebih kurang 15 juta masker juga sudah disiapkan semuanya. Tetapi ini bukan suatu jumlah yang kita anggap kurang atau kita anggap cukup, tidak," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.

Meskipun sudah jadi pandemi, Yurianto mengatakan hingga saat ini belum ada opsi untuk melakukan isolasi atau lock down di Indonesia, seperti yang sudah dilakukan beberapa negara di dunia, yakni Italia dan Denmark.

Yurianto menyebut pengalaman lock down yang dilakukan Jepang terhadap kapal Diamond Princess juga telah menunjukkan berbagai ragam dampak. Setelah diisolasi, penularan COVID-19 di kapal tersebut justeru meningkat dengan cepat.

Hal itu karena, dengan isolasi, akses kedatangan dan kepergian individu sudah tertutup, sehingga angka penularan virus terhadap masyarakat akan meningkat. "Kalau di-'lock down', kita tidak bisa apa," ujarnya.

Adapun saat ini, terdapat 34 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Tiga di antaranya sudah dinyatakan sembuh, dan satu kasus pasien meninggal dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement