Sabtu 14 Mar 2020 17:32 WIB

Menag Berharap Kehidupan Beragama Sesuai Pancasila

Menag mengharapkan kehidupan beragama sesuai dengan Pancasila.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Menag Berharap Kehidupan Beragama Sesuai Pancasila. Foto: Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)
Foto: Republika/Fuji EP
Menag Berharap Kehidupan Beragama Sesuai Pancasila. Foto: Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi berharap kehidupan beragama di Indonesia betul-betul sesuai dengan sila-sila yang ada di Pancasila. Hal ini diungkapkannya saat menjadi pembicara utama Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 bertema 'Ekstremisme Sosial-Keagamaan dan Perdamaian Semesta' di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).

Menag mengatakan, dipahami bersama bahwa Indonesia yang didirikan bukan negara agama dan bukan negara sekuler. Tapi negara kebangsaan yang berketuhanan atau yang disebut Ketuhanan Yang Maha Esa.

Baca Juga

"Oleh karena itu yang sangat kita harapkan adalah kehidupan beragama kita betul-betul sesuai dengan sila-sila yang ada di Pancasila," kata Menag di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48, Sabtu (14/3). 

Ia menjelaskan, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka hendaknya semua meyakini bahwa agama atau pandangan keagamaan yang dianut oleh setiap orang termasuk diri sendiri adalah agama yang paling benar. Tapi diri ini harus menghargai keyakinan orang lain yang meyakini bahwa agama dan pandangan mereka paling benar menurut mereka.

Artinya kalau ada orang merasa paling benar agama dan pandangan keagamaannya, sementara orang lain semuanya salah dan tidak menghargai agama dan pandangan keagamaan orang. Maka itu tidak sesuai dengan Pancasila.

Menag menyampaikan, sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Maka hendaknya kehidupan beragama yang dibangun dapat berlaku adil dan beradab bagi agama dan pandangan keagamaan lain. "Kalau tidak seperti itu, dapat kita katakan kehidupan beragama kita tidak sesuai dengan sila ke dua," ujarnya.

Mena melanjutkan, sila ketiga Persatuan Indonesia. Maka hendaknya kehidupan beragama yang dianut dapat mempersatukan Indonesia, bukan memecah belah Indonesia. Kemudian sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan. Maka kehidupan beragama yang dibangun adalah yang menghargai kesepakatan dan musyawarah, tidak bersikap mau menang sendiri.

Ia mengingatkan, kehidupan beragama seperti ini akan sulit dicapai kalau masing-masing orang merasa paling benar dan bagus. Akan sulit dicapai kehidupan beragama yang sesuai Pancasila kalau orang-orangnya tidak memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap agama dan pandangan keagamaan yang berbeda. "Untuk itu diperlukan sikap beragama yang moderat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement