Kamis 19 Mar 2020 00:07 WIB

Gula Pasir Sulit di Lampung

Hingga saat ini pasokan gula pasir belum masuk ke Lampung.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
PTPN VII gunakan ampas tebu sebagai bahan bakar pemanas turbin Pabrik Gula Bunga Mayang Lampung pada musim giling tahun ini.(Republika/Mursalin Yasland)
Foto: Republika/Mursalin Yasland
PTPN VII gunakan ampas tebu sebagai bahan bakar pemanas turbin Pabrik Gula Bunga Mayang Lampung pada musim giling tahun ini.(Republika/Mursalin Yasland)

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDAR LAMPUNG - -Harga gula pasir di Provinsi Lampung menjadi mahal dan langka di pasar sejak sepekan terakhir. Padahal, Lampung merupakan lumbung gula karena memiliki lebih dari enam pabrik gula, dan berkontribusi kebutuhan gula nasiolan 30 persen.

Sebagai lumbung gula, kondisi itu justru kontras dengan warga yang sulit mencari gula pasir. Berdasarkan penelusuran Republika, Rabu (18/3), warga tidak dapat lagi membeli gula di toko swalayan mini dan besar di Kota Bandar Lampung.

Stok gula pasir untuk warga telah habis, setelah dijual secara pembatasan dua kilogram per orang sepekan lalu. Sedangkan pasokan belum juga datang.

Gula pasir sebagian masih tersedia di warung-warung, namun stok sudah menipis dan harga sudah melambung dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 16.000 sampai Rp 17.000 per kg. “Saya dapat di warung tapi harga gula sudah Rp 17 ribu per kg,” kata Mamang (57 tahun), penjual warung kopi di Sawah Brebes, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung.

Ia biasa membeli untuk stok rumah dan dagangan berkisar lima samapi tujuh kilogram sepekan. Sejak harga gula mahal dan sulit diperoleh, ia membeli hanya dua kilogram.

Menurut dia, gula mahal sejak sepekan terakhir. Sebelum harga sekarang, kata dia, harga gula masih Rp 15 ribu per kg, itu pun sudah mahal.

Warga kehabisan gula pada malam hari, mengeluh karena stok gula di toko swalayan mini terbesar tidak menjual gula pasir lagi sepekan terakhir. “Saya cari-cari tidak ada gula pasirnya, biasanya gula pasir berbagai merek masih ada, ini kosong,” kata Iwan (32), warga Kemiling, yang belanja malam hari karena warung tutup.

Rudi, pekerja di Indomaret, menyatakan, stok gula tidak pernah masuk lagi sudah sepekan lebih. Ia tidak bisa menjawab gula pasir di tokonya mengalami kemacetan.

“Saya sendiri bingung kenapa gula biasanya ada terus tapi sekarang kosong sudah seminggu lebih,” ujarnya.

Dia mempertanyakan, stok gula di Lampung banyak yang kosong dan warga kesulitan mencari dan membeli gula. Padahal, ujar dia, di Lampung memiliki lebih dari lima pabrik gula. Seharusnya, untuk di Lampung stok gula aman dan harga lebih murah karena memiliki pabrik sendiri.

Di Lampung terdapat lebih dari lima pabrik gula baik dikelola PTPN VII, PT Sugar Group Companies, dan juga PT Gunung Madu Plantation. Pabrik gula tersebut telah memproduksi gula eceran dan dipasok di Lampung dan nasional. Saat ini, belum memasuki musim panen tebu sehingga belum masuk musim giling. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement