Jumat 20 Mar 2020 13:51 WIB

Arab di Mata Yunani Kuno

Mereka tidak membedakan orang Arab yang tinggal di pedalaman (badui) dengan kota

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: A.Syalaby
Flynas Maskapai nasional Arab Saudi resmi melayani rute Jakarta-Madina dan Jeddah-Jakarta. Peresmian dilakukan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Ahad (22/9). (Republika/Ali Yusuf )
Foto: Republika/Ali Yusuf
Flynas Maskapai nasional Arab Saudi resmi melayani rute Jakarta-Madina dan Jeddah-Jakarta. Peresmian dilakukan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Ahad (22/9). (Republika/Ali Yusuf )

REPUBLIKA.CO.ID,Bangsa Arab merupakan salah satu bangsa tertua di dunia. Nama mereka bahkan sudah tertera ratusan tahun sebelum penanggalan Masehi. Arab juga dikenal hingga belahan bumi barat. Termasuk  Yunani yang ketika itu menjadi salah satu pusat kebudayaan dunia. 

Orang Yunani pertama yang menyebut kata Arab adalah Aeshylus (525-456 SM). Dia merupakan seorang jurnalis. Aeschylus menyebutkan kata itu saat berbicara tentang pasukan Xerxes. Ia berkata, “Diantara pasukannya terdapat seorang perwira berkebangsaan Arab, pemimpin yang sangat terkenal.”

Herodotus, seorang bapak sejarah (484-425 SM) pun berbicara mengenai Arab. Ia mengungkapkannya seolah mengetahui perihal mereka. Istilah ‘Arabae’ ia sematkan pada tanah Arab, pedalaman, jazirah Arab dan dua wilayah yang terletak di sebelah timur Sungai Ni. Ia pun memasukkan Tursina dan beberapa tepi Sungai Nil ke dalam bagian tanah Arab. 

Kata Arabae menurut Yunani dan Romawi bermakna tanah Arab. Wilayahnya meliputi Jazirah Arab dan pedalaman Syam. Para penduduknya disebut orang Arab meskipun bahasa dan dialek mereka pada umumnya beragam. Mereka meyakini bahwa karakter badui mendominasi dua wilayah ini. Oleh karena itu, nama tersebut disematkan pada kedua wilayah itu. 

Dr Jawad Ali dalam Sejarah Arab Sebelum Islam mengungkapkan, berdasarkan data-data dalam buku-buku Yunani dan Latin setelah masa Herodotus, pengetahuan mereka tentang Arab membaik. Dalam perspektif mereka, batasan wilayah Arab meluas. Arab meliputi wilayah pedalaman, Jazirah Arab dan dalam banyak kesempatan menyebut tentang Tursina. 

Dalam konteks tersebut, istilah Arabae dimaknai sebagai petunjuk tentang dua wilayah yang dihuni bangsa Arab. Mayoritas memiliki karakter dan watak padang pasir. Sementara itu, kata Arabi menurut mereka merujuk pada seseorang yang tinggal di wilayah itu, baik di pedalaman maupun kota. 

Meski begitu, mereka tidak membedakan antara orang Arab yang tinggal di pedalaman (badui) dengan kota. Mereka berpikir bahwa semua Arab itu ‘arabi (orang badui). 

Tokoh paling awal yang mencatatkan namanya dalam hubungan sejarah antara Arab dengan Yunani adalah Alexander yang Agung (356-323 SM). Raja penakluk ini mendirikan kekaisaran yang terbentang luas. Kekuasaannya meliputi pelosok terjauh. Dia mempunyai banyak pelabuhan di sepanjang Laut Merah dan Teluk Arab. 

Ia pun berhasil menaklukkan Mesir dan wilayah Bulan Sabit Subur (al-Hilal al-Khashib). Alexander yang Agung berpikir untuk menaklukkan Jazirah Arab agar dapat menguasai banyak pantai di sepanjang Laut Hindia. Dia hendak menguasai perdagangan di Asia dan Afrika serta menyatukan Laut itu dalam Laut Yunani. 

Penulis Yunani Flavius Arrianus (95-175 M) mengungkapkan, Alexander hendak membuat serangan laut ke jazirah Arab karena banyak kabilah Arab yang tidak mengirim utusan untuk memuliakan dirinya. Ini membuatnya marah besar. Namun, Arrianus pun mengakui mungkin penyebab sebenarnya adalah kegandrungan Alexander untuk menguasai wilayah baru. 

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement