Kamis 26 Mar 2020 07:22 WIB

Pemikiran Rifaat Tahtawi Tentang Dunia Timur dan Barat

Rifaat Tahtawi berupaya menghubungkan antara peradaban Timur dan Barat.

Ilustrasi Pemikiran Rifaat Tahtawi Tentang Dunia Timur dan Barat. Gambar patung Rifaat Tahtawi di Universitas Sohag.
Foto: wikipedia
Ilustrasi Pemikiran Rifaat Tahtawi Tentang Dunia Timur dan Barat. Gambar patung Rifaat Tahtawi di Universitas Sohag.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rifa'at bin Badwi alias Rifaat Tahtawi memiliki gagasan besar sepulang dari menuntut ilmu di Eropa. Ia ingin agar negeri tanah airnya, Mesir, menjadi maju dengan dorongan pendidikan.

Salah satu agenda Tahtawi setelah kepulangannya ke Mesir ialah mendirikan sekolah. Ia berupaya memodernisasi pendidikan setempat. Lembaga pendidikan yang ideal baginya dapat menghasilkan intelektual Muslim yang kreatif dalam semua bidang, tetapi terikat dengan nilai-nilai Islam.

Baca Juga

Tahtawi mengakui, Barat telah mengungguli Timur dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, sains di Barat bergerak lewat perjalanan evolusioner. Namun, bila menyangkut masalah moral dan spiritual, Timur lebih kaya dari Barat.

Ia termasuk orang Timur pertama yang mengkaji peradaban Barat, khususnya Prancis, dengan serius. Tahtawi bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi dunia Arab, sebagaimana pendahulu-pendahulunya yang telah mentransfer ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia, dan India, ke dunia Arab.

Tahtawi bercita-cita untuk membawa dunia Arab yang kedua kalinya ke gerbang kejayaan. Ia tak ingin Arab terus hanyut akibat sistem feodalisme raja-raja selama enam abad.

Dari dasar inilah, Tahtawi ingin menyambungkan benang merah sebagai sintesis antara peradaban Arab dengan peradaban Barat modern. Langkah pertama yang diambilnya adalah membuka wawasan berpikir Arab dari fanatisme buta menjadi progresif. Ini agar kaum Arab bisa menerima peradaban modern yang sebelumnya mereka tolak mentah-mentah.

Langkah selanjutnya adalah memotori penggabungan peradaban Mesir yang kaya warisan-warisan masa lampau (turas) dengan peradaban Barat modern. Namun demikian, Tahtawi juga tidak menutup mata, peradaban Eropa modern tak luput dari segi-segi negatif sebagai konsekuensi kehidupan materialistik yang telah mengikis nilai-nilai keimanan.

Dalam pandangannya, segi-segi negatif dari krisis-krisis modern adalah akibat dari penolakan terhadap nilai-nilai spiritualisme. Untuk itulah, Tahtawi mengingatkan dunia Arab agar mengambil segi-segi positifnya saja dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam sebagai acuan dan pijakan. Karena itu, meski mengakui keunggulan tersebut, ia kerap kali mengkritik keras peradaban Barat yang sarat bebas nilai/moral.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement