Senin 30 Mar 2020 11:23 WIB

Lebih dari 800 Serangan Targetkan Muslim di Jerman pada 2019

Serangan terhadap Muslim di Jerman banyak yang tak dilaporkan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim di Jerman kerap menjadi sasaran kebencian di Jerman. Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_94
Muslim di Jerman kerap menjadi sasaran kebencian di Jerman. Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Terdapat total 871 serangan yang ditujukan pada Muslim atau institusi mereka yang terjadi di Jerman selama 2019. Hal ini sebagaimana dilaporkan media harian regional Jerman, Neue Osnabrücker Zeitung, Sabtu (28/3).  

Harian Neue Osnabrucke Zeitung melaporkan informasi tersebut dengan mengutip tanggapan pemerintah terhadap penyelidikan yang diajukan anggota Partai Kiri Sosialis oposisi. Dilansir di DW, Senin (30/3), juru bicara Partai Kiri Sosialis Kiri tentang urusan dalam negeri, Ulla Jelpke, mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman itu dia berharap hingga 90 kasus lainnya akan ditambahkan ke dalam daftar.  

Baca Juga

Laporan itu juga menunjukkan bahwa 33 Muslim telah terluka dalam serangan Islamofobia selama setahun terakhir. Jumlah keseluruhan telah stabil sejak 2017. Dia menyebut hal itu layaknya bom waktu yang berdetak. "Kebencian terhadap Muslim terus meletus dalam serangan, ancaman, dan hinaan," kata Jelpke.  

Dia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk memberikan akumulasi semua jumlah penyerangan atas Islamofobia di Jerman. Meski, polisi meningkatkan tindakan terhadap kelompok-kelompok sayap kanan ekstrem setelah serangan baru-baru ini.  

 

Pada Februari ini, seorang pria bersenjata yang termotivasi sayap kanan dan ideologi rasis membunuh sembilan orang di dua bar hookah, Kota Hanau, di Jerman barat. Semua korban memiliki darah asing, termasuk Turki dan Bosnia.  

Serangan-serangan semacam itu membuat beberapa orang berbicara tentang ketakutan sehari-hari akan kekerasan yang harus dihadapi Muslim di Jerman. Sementara itu, para pejabat datang untuk mengkritik karena meremehkan teror sayap kanan terlalu lama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement