Selasa 31 Mar 2020 23:48 WIB

Ketika Imam Syafi'i Tetap Merasa 'Bodoh'

Imam Syafi'i dengan ilmu yang dimilikinya tetap rendah hati.

Ketika Imam Syafi'i Tetap Merasa 'Bodoh' (Ilustrasi)
Foto: MgIt03
Ketika Imam Syafi'i Tetap Merasa 'Bodoh' (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Syafi'i selalu sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Berbagai rintangan dihadapinya untuk mendapatkan ilmu-ilmu agama. Bahkan, ia kerap hidup serba kekurangan dan penuh penderitaan.

Diriwayatkan, karena kemiskinan dan ketidakmampuannya membeli buku, ia terpaksa mengumpulkan kertas bekas atau tulang belulang untuk mencatat pelajaran. Minatnya terhadap ilmu peengetahuan terutama fikih mulai tampak setelah ia membaca kitab Al-Muwatta' karangan Imam Malik.

Baca Juga

Ia pun berguru dan belajar dengan pendiri mazhab Maliki ini, hingga dirinya menjadi salah seorang murid kesayangan sang Imam.

Setelah belajar dengan Imam Maliki, dahaga ilmunya yang teramat sangat, ia kemudian pergi ke Irak (Baghdad) untuk belajar kepada Imam Abu Yusuf dan Imam MUhammad bin Hasan.

Dari kedua Imam ini, Syafi'i mempelajari cara-cara hakim memeriksa dan memutuskan perkara, cara memberi fatwa, cara menjatuhkan hukuman, serta berbagai metode yang diterapkan oleh para mufti di Irak.

Namun demikian, Syafi'i tetap belum merasa puas akan ilmu yang telah diperolehnya. Dalam suatu riwayat disebutkan, ia masih merasa sebagai orang yang paling bodoh. "Bila aku mendapatkan satu ilmu baru, maka hal itu menunjukkan betapa bodohnya diriku."

Demikianlah ungkapan rendah hati sang Imam. Kini, sudah belasan abad sejak kepergiannya. Cara pandangnya, wawasannya, dan kelimuwannya hingga era sekarang masih dipelajari umat Islam di berbagai negara.

Sepanjang hidupnya, Imam Syafi'i banyak menulis buku. Konon, jumlahnya mencapai lebih dari 100 buah. Bahkan ada yang menyebutkan hingga 200 buah lebih. Diantara karyanya yang terkenal adalah kitab Al-Umm dan Al-Risalah.

Kitab al-Umm, sebuah kitab fikih yang komprehensif. Al-Umm yang ada saat ini terdiri atas tujuh jilid dan mencakup isi beberapa kitab SyafiI yang lain, seperti Siyar al-Ausai, Jima al-Ilm, Ibtat al-Istihsan, dan ar-Radd Ala Muhammad ibn Hasan.

Ar-Risalah, kitab yang khusus membahas tentang usul fikih. Di dalamnya SyafiI menguraikan dengan jelas cara-cara mengambil dan menetapkan (istinbat) hukum. Sampai sekarang kitab ini tetap menjadi rujukan standar dalam bidang usul fikih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement