Kamis 02 Apr 2020 13:37 WIB
Produk halal

Daging Halal dan Disiplin Pedagang Prancis

Karena kualitas terjaga, Orang Prancis Suka Daging Halal.

Daging halal di gerai toko daging di Prancis.
Foto: DIni Kusmana Massabuau
Daging halal di gerai toko daging di Prancis.

Oleh: Dini Kusmana Massabuau, WNI Perantauan Tinggal Di Prancis

Kemarin saya keluar ke toko pasar tertutup untuk beli daging halal di toko langganan saya.

Bagus benar sistem perlindungan pasar ini terhadap pembeli. Jalur masuk keluar sudah diatur hanya satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Yang mau masuk wajib cuci tangan sebelumnya dengan hand sanitizer. Masuknya juga berganti-gantian tunggu dua orang keluar baru satu masuk. Padahal pasar lho.

Memang nggak salah saya selalu pilih pasar tertutup ini memang harga sedikit lebih mahal dari pasar lainnya tapi soal disiplin dan higiénis, top banget.

 

Semua pedagang di dalam pasang tulisan jaga jarak satu meter. Toko daging halal langganan saya, misalnya, ada tulisan tidak boleh sentuh etalase kaca kalau mau pilih tunjuk saja tanpa sentuh. Seperti biasa, toko daging halal langganan saya selalu paling ramai.

Saya datang pukul 11.30 usai pengajian mingguan via Skype, ayam panggang favorit keluarga sudah tinggal dua potong. Mau ambil dua lirik ke belakang masih ada tiga pembeli kasihan tak tega. Tapi sambil mikir juga mengapa mereka tidak ke toko daging biasa aja ya, padahal kan mereka nggak perlu makan yang halal. Pas lagi nunggu ayamnya dimasukkan dalam kantong dan daging steak saya disiapkan, nama saya dipanggil. "Dini..!"

Saya tengok ke belakang ternyata istri dari kenalan suami saya yang tulisannya suka diterbitkan oleh penerbitan suami saya.

"Ah Jacqueline... Apa kabar?" kata saya agak kencang soalnya jarak kami jauh-jauh.

"Baik," jawabnya.

" Anda langganan di sini juga?"

" Ya saya selalu beli di sini, kualitasnya bagus soalnya "

" Oh baguslah, memang Azis selalu kasih daging terbaik buat klien atau pembeli dagangannya," kata saya sambil lihat Azis. Dia cuma senyum-senyum mendengarnya.

Setelah daging dibayar dan dimasukkan ke dalam tas, Saya langsung pamit kepada Jacqueline. Belanja berlanjut ke toko Bio langganan saya lainnya.          

  *****

Sembari melanjutkan belanja, di jalan saya cuma mikir, si Jacqueline itu kan bukan Muslim? Tapi rupanya dia langganan dagingnya kok malah sama seperti saya. Jawaban batin saya: ini berarti memang orang Prancis tidak perduli soal halal, yang mereka lihat adalah kualitas. Baguslah toko daging halal langganan semakin mendapat tempat di Prancis.

Di toko Bio lebih keren lagi, para pembelinya malah dikasih sarung tangan. Saya yang pakai sarung dianggap sudah aman. Pembeli yang tidak pakai wajib menggunakan sarung tangan yang mereka berikan. Wah mereka siap keluar uang lebih demi kenyamanan dan keamanan kualitas belanja. Salut! Sistem sama saja: satu masuk satu keluar. Di dalam toko Bio saya, cuma boleh ada lima orang di dalam.

Pemilik toko menerangkan semua yang dijual adalah produk dari daerah sekitar saja (saya sih sudah tahu karena memang pelanggan). Sambil bayar di kasir, saya tanya ke kasir, sepertinya malah jadi ramai toko Bio-nya atau karena banyak yang orang antre jadi kelihatan ramai.

Si kasir yang pakai sarung tangan dan masker bilang ke saya bila semenjak wabah COVID-19 ini, toko-toko Bio rupanya mengalami peningkatan jumlah klien hingga 30 persen. Rupanya kini di Prancis jadi banyak orang yang makin hati-hati dalam memilih produk atau mungkin merasa lebih aman belanja di tempat yang dijamin kualitasnya. Syukurlah, dalam hati saya.

Tapi pas saya lewat depan minimarket, aduh banyak orang berkumpul di situ. Mereka adalah orang-orang yang tidak punya tempat tinggal. Padahal Wali Kota Montpellier sudah memberi pengumuman terus bahwa buat mereka yang tidak punya tempat tinggal ada beberapa tempat sampai gedung olahraga dijadikan penampungan buat. Selain tempat tinggal pasokan makanan juga diberikan melalui para relawan.

Tapi ya susah juga kalau sudah terbiasa di jalanan! Yang ada saya lewatin mereka mepet-mepet ke tembok. Ini soalnya bila mereka deketin saya pasti akan minta uang. Jadi serbasalah saya. Mau kasih kan tidak boleh ada kontak dengan orang lain, nggak dikasih kasihan. Dilema. Akhirnya saya pilih nggak kasih, apalagi kemudian melihat tangannya pegang botol minuman beralkohol. Mending buat nyumbang yang di tanah air deh!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement