Jumat 03 Apr 2020 16:16 WIB

Kandungan Al Maidah dan Mengapa Urutannya Setelah An Nisaa

Surat Al Maidah urutannya berada setelah surat An Nisaa

Surat Al Maidah urutannya berada setelah surat An Nisaa. Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: PPPA Daarul quran
Surat Al Maidah urutannya berada setelah surat An Nisaa. Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Secara keseluruhan, surat Al Maidah terdiri dari 120 ayat. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Kota Suci Makkah, namun ayat ini diturunkan sesudah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, yaitu ketika pelaksanaan haji wada', atau pada 19 tahun setelah dakwah pertama Nabi. Oleh karenanya, surat ini masuk golongan surat Madaniyyah.

Pada prosesnya, butuh waktu sekitar empat tahun untuk melengkapi seluruh surat ini. ''Sebab, turunnya ayat kan tidak sekaligus jadi satu surat, melainkan berselang-seling dengan surat yang lain,'' kata Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, Muchlis M Hanafi, sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika. 

Baca Juga

Ada hal yang menarik. Surat kelima Alquran ini diturunkan setelah surat an-Nissa. Bukan tanpa sebab, lantaran memang ada benang merah antara keduanya.

Benang merahnya adalah pada tahapan atau proses pengharaman khamr (minuman keras). Pada zaman itu, khamr masih menjadi bagian keseharian warga Arab, dan untuk mengajak agar mereka menjauhi khamr tadi, dibutuhkan tahapan-tahapan.

 

Nah, aturan ini terdapat pada kedua surat itu. Dalam an-Nissa ayat 43, Allah menyeru agar umat tidak melaksanakan shalat jika dalam kondisi mabuk. Sementara lanjutannya, yakni pada ayat 90-91 surat al Maidah di mana Allah SWT sudah melarang minum minuman keras karena hal itu termasuk perbuatan syaitan.  

Sesuai namanya, al Maidah berarti 'hidangan' yang agaknya merujuk pada kisah di atas. Akan tetapi, sesungguhnya terdapat pelajaran berharga yang perlu mendapat perhatian.

Itulah ketika Allah meminta kepada pengikut Nabi Isa as agar beriman setelah diturunkan hidangan seperti mereka minta. Karena jika diingkari, Allah akan menimpakan siksa yang berat.

"Di sini, makna yang bisa kita petik adalah pentingnya menjaga komitmen dan perjanjian yang sudah dibuat,'' ungkap Muchlis.

Komitmen tersebut jangan dikhianati, kepada siapapun. Baik kepada teman, rekan kerja, mitra, diri sendiri, terlebih terhadap Allah SWT. Itulah mengapa, surat al Maidah dikenal juga sebagai 'surat perjanjian' (al Uqud).

Banyak ayat pada surat al Maidah yang membahas dan mengatur masalah perjanjian ini. Seperti pada ayat pembukanya, Allah secara tegas menekankan supaya umat memenuhi akad-akad (perjanjian), berupa janji setia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan antar sesama.

"Itu merupakan simbol yang paling kuat dan harus dijaga. Bagaimana pun, jangan melanggar janji dan komitmen,'' tegas dia lagi.

Di sisi lain, surat ini juga memberikan contoh bagaimana kaum Yahudi dan Nasrani yang banyak menyelewengkan ajaran-ajaran yang ada pada Kitab Taurat dan Injil. Dalam kaitan tersebut, Alquran membenarkan apa yang ada dalam kedua kitab tersebut, sekaligus mengoreksi yang telah diselewengkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani tadi.

Misalnya saja, pembangkangan kaum Yahudi terhadap nabi-nabi yang diutus Allah SWT kepada mereka. Juga pengoreksian pada keyakinan bahwa Nabi Isa adalah tuhan serta adanya ajaran trinitas.

Dan Alquran memberikan peringatan akan hal ini. "Yakni, agar umat tidak meniru perilaku kedua kaum tersebut. Antara lain suka berkhianat, melanggar perjanjian, suka membuat konspirasi jahat, dan yang paling berbahaya, menyelewengkan kitab Allah,'' demikian papar Muchlis. 

Allah berfirman dalam ayat 13, "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya.''

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement