Ahad 05 Apr 2020 22:09 WIB

Makkah dalam Lintasan Sejarah Wabah Penyakit (1)

Makkah dalam sejarah pernah terjangkit sejumlah wabah penyakit.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Muhammad Hafil
Makkah dalam Lintasan Sejarah Wabah Penyakit. Foto: Kabah yang sepi dari jamaah di Masjid al Haram, Kota Suci Makkah, Arab Saudi, Sabtu, 7 Maret 2020. Masjid al Haram sepi karena virus corona.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Makkah dalam Lintasan Sejarah Wabah Penyakit. Foto: Kabah yang sepi dari jamaah di Masjid al Haram, Kota Suci Makkah, Arab Saudi, Sabtu, 7 Maret 2020. Masjid al Haram sepi karena virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kota Makkah merupakan jantung dunia Islam. Di kota kelahiran Rasulullah Muhammad SAW itu, kaum Muslimin melaksanakan rukun Islam kelima, haji. Di satu sisi, haji meng hasil kan banyak rezeki dan keberkahan, khusus nya bagi masyarakat negeri setempat. Selain sektor minyak dan gas, haji menjadi sumber pemasukan terbesar bagi Arab Saudi.

Bagi kaum Muslimin pada umumnya, haji menjadi sarana silaturahim akbar yang mempererat rasa persaudaraan, sejak zaman Nabi SAW hingga kini. Di sisi lain, haji barangkali menjadi satu-satunya ritual tahunan yang diikuti begitu banyak peserta. Jutaan orang dari berbagai pen juru dunia berkumpul di Kota Makkah tiap musim haji. Alhasil, antisipasi terkait keamanan dan kesehatan mesti dipertimbangkan secara masak.

Baca Juga

Sebab, ada kalanya wabah mengancam Asia Barat, termasuk Jazirah Arab. Tidak hanya pandemi virus korona baru (Covid-19). Menurut catatan sejarah, sebaran penyakit yang terjadi dalam skala masif juga pernah menyerang kawasan tersebut sebelumnya. Seperti dirangkum oleh George Childs Kohn dalam Encyclopedia of Plague and Pestilence: From Ancient Times to the Present (2007), catatan sejarah terawal mengenai wabah yang pernah melanda Jazirah Arab ialah pada 569-571 M.

Dalam Sirah Nabawiyah, periode itu bertepatan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, yakni Tahun Gajah. Dinamakan gajah karena untuk mengenang kekuatan militer Abrahah yang dilengkapi pasukan bergajah. Pada pertengahan abad keenam, Abrahah mendirikan kuil Kristen di Sana'a (Yaman).

Ia menginginkan situs yang dibangunnya itu menjadi satu-satunya pusat religi terbesar di Jazirah Arab. Oleh karena itu, ambisinya membinasakan Ka'bah di Makkah yang dianggap sebagai saingan. Kekuatan pertahanan Makkah sangat tak sebanding dengan besarnya pasukan Abrahah. Namun, misi pasukan bergajah itu gagal total. Alquran mengabadikan peristiwa itu dalam surah al-Fiil.

Ayat kelima surah tersebut menjelaskan kondisi Abrahah dan pasukannya yang dijadikan-Nya (Allah) seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Begitu mendekati Makkah, pasukan Abrahah men dadak sakit sebelum ajal menjemputnya. Be berapa sarjana Muslim klasik mencatat, bintik-bintik dan bisul muncul di sekujur tubuh jenderal itu dan balatentaranya. Menurut Kohn, berdasarkan deskripsi itu, gerombolan penyerang Ka'bah diduga terkena wabah cacar.

Sejarah juga mencatat wabah berikutnya yang menerjang Semenanjung Arab dan sekitarnya. Kali ini, wabah yang dimaksud tak berimbas langsung ke Kota Suci. Peristiwa itu dinamakan Wabah Amawas.

Ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Dinamakan demikian, sebab episen trumnya berada di Amawas, suatu kota sebelah barat Yerusalem, Palestina. Kejadian pada 638-639 ini merenggut nyawa 25 ribu orang, termasuk para sahabat Nabi SAW.

Basrah di Mesopotamia (Irak) menjadi kota dengan jumlah korban terbanyak. Hal itu sekaligus menandakan luasnya cakupan wa bah Amawas. Untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban, Umar menginstruksikan karantina wilayah. Ini merujuk pada hadis Nabi SAW, Jika ada wabah di suatu kota, janganlah kalian masuk. Kalau kalian sedang ada di dalamnya, janganlah kalian lari keluar. Selain itu, ia juga meminta penduduk di daerah wabah untuk sementara mengungsi ke bukit-bukit dan menghindari kerumunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement