Senin 06 Apr 2020 23:26 WIB

Mengungkap Cerita Haji Era Khilafah Ustmani (Bagian 2)

Upacara Haji dimulai pada Hari 1 Syawal, Idul Fitri di Damaskus.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mengungkap Cerita Haji Era Khilafah Ustmani. Foto: Masjidil Haram tempo dulu.
Foto: Gahetna.nl
Mengungkap Cerita Haji Era Khilafah Ustmani. Foto: Masjidil Haram tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kemudian Amirul Haji mulai memilih pembantunya seperti qadhi, panglima detasemen yang menjaga keamanan, amin shurrah, kepala penulis [basy katib], rais mirah wa tamwin, penanggung jawab rombongan [hamladar], penanggung jawab juru masak dan pekerja, penanggung jawab bayariq wa thabul [bendera dan genderang], yang disebut bairqadar, pembawa bendera (bairqaj).

Amirul Haj, atau yang disebut basya al-Hajj, mengajukan nama-nama tersebut kepada Wali di masing-masing wilayahnya untuk mendapatkan persetujuan. Setelah itu, upacara Haji dimulai pada Hari 1 Syawal, Idul Fitri di Damaskus. Dimulai dengan mengeluarkan Sanjaq, yaitu potongan kain kuat, yang dipintal dengan benang emas yang bertuliskan ayat-ayat Alquran.

"Sanjaq itu diletakkan di tempat berkumpulnya para calon jamaah haji. Dimulailah dengan upacara, Marasim az-Zait, as-Syam’ wa al-Mahmil [Upacara minyak, lilin dan tandu] untuk dibawa ke Makkah dan Madinah, dimana resimen militer dibariskan di depan Masjid Amawi, di Damaskus, dan penghormatan diberikan kepada Wali Madinah, Komandan Militer, dan sebagian pegawai senior," kata Hafidz.

Setelah upacara selesai, maka dilakukan upacara mengeluarkan lilin dan minyak yang sudah siap untuk dikirim dengan rombongan haji ke Mekkah dan Madinah. Pada Hari Zait [minyak], yaitu hari kedua Syawal tiap tahun, upacara membawa minyak yang telah selesai dibawa diserahkan kepada penerima khusus pembawa perlengkapan haji.

 

Pada Hari Ketiga Syawwal, yaitu Hari Syam’ [lilin], maka lilin dengan air bunga mawar dibawa untuk dihadiahkan ke dua tanah haram. Pada Hari Sanjaq, maka Sanjaq yang mulia, yaitu bendera dan panji, dikeluarkan lalu dibawa dengan upacara khidmat kepada Biro Musyiriyyah, untuk diterima dan diletakkan di istananya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement