Kamis 09 Apr 2020 14:52 WIB

Mengenal Sejarah Permainan Karambol di Arab Saudi

Karambol kembali populer di Saudi setelah lockdown akibat virus corona.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Mengenal Sejarah Permainan Karambol di Arab Saudi.
Foto: Supplied
Mengenal Sejarah Permainan Karambol di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awal permainan karambol, kayu bundar kecil yang disebut dengan 'carrom men' atau koin disatukan dalam satu kelompok dalam lingkaran di tengah papan. Pengaturan ini dianggap selesai ketika sembilan koin hitam dan sembilan keping putih diposisikan dalam formasi Y, dikelilingi oleh koin hitam dan merah 'queen' di tengah.

Kemudian keping yang dikenal dengan 'striker' dijentikkan dengan jari pada koin hitam dan merah ke dalam lubang, yang terletak di empat sudut papan karambol. Permainan ini pada awalnya datang ke Arab Saudi melalui Hijaz lewat pedagang dari India.

Baca Juga

Dalam beberapa dekade, karambol menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial di Kerajaan. Selain itu, karambol populer dalam acara keluarga, pertemuan perempuan, laki-laki, dan juga oleh anak-anak.

Seniman Saudi, Najat Mutahr telah menyoroti hubungan Hijaz dengan karambol melalui sebuah karya seni, yang memperlihatkan kakek-nenek bermain permainan papan karambol bersama cucu mereka. Seorang antropolog Saudi, Saad Al-Suwaiyan menggambarkan karambol sebagai salah satu permainan yang dimainkan oleh Saudi selama beberapa generasi, dan daya tariknya tidak memiliki batasan usia.

 

Tribut tersebut disampaikan pada volume ke-12 seri Al-Suwaiyan 'Traditional Culture of Saudi Arabia'. Di Arab Saudi, ada beberapa variasi permainan karambol, di antarnya yang paling umum, uang atau 'Fuloos'.

Variasi permainan ini mengadu dua pemain individu satu sama lain. Pemain dapat mengumpulkan poin mulai dari lima untuk bagian hitam, 10 untuk yang putih, dan 50 poin untuk ratu (queen).

Pemain yang mengumpulkan poin terbanyak menang. Susunan koin dapat bervariasi, tetapi ratu tetap menjadi pusatnya.

"Saya tumbuh bermain karambol dengan ibu dan keluarganya. Kompetisi cenderung sengit. Sebuah turnamen akan sering terwujud dalam suatu pertemuan," kata seorang guru berusia 39 tahun dari Jeddah, Nahid Noor.

Noor mengatakan, selama bertahun-tahun keluarganya telah kehilangan kebiasaan bermain karambol. Permainan ini jarang dimainkan, dan kini kembali hidup saat 'lockdown' virus corona.

Ia menggambarkan papan karambol keluarganya sudah usang dan tua, namun tak ternilai harganya. "Sepertinya saya tidak bisa menemukan yang lain dengan kualitas tinggi. Saya pikir ibu saya membelinya dari toko mainan di Jeddah tujuh tahun yang lalu," kata Noor.

Menurut Noor, permainan karambol telah membuat pertemuan keluarga lebih menyenangkan selama waktu yang tegang dan sulit. Permainan yang dimainkan pada larut malam sering ditandai dengan olok-olok antarkeluarga, tawa dan terkadang jeritan kekecewaan dari pemain ketika mereka kalah.

"Kami semua terjebak di rumah sekarang, dengan tidak ada kegiatan yang menghabiskan waktu setelah semua orang selesai dengan pekerjaan dan tugas mereka. Jadi, kami mengeluarkan papan karambol tua dan mulai memainkan permainan lagi," ucap Noor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement