Jumat 10 Apr 2020 22:20 WIB

Mihrab Nabi Zakaria

Nabi Zakaria AS diutus menjadi nabi dan rasul di daerah Palestina.

Mihrab Nabi Zakaria
Foto: MgIt03
Mihrab Nabi Zakaria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Zakaria Alaihissalam (AS) adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk mengemban misi dakwah kepada Bani Israil. Ia meneruskan risalah dari Nabi Sulaiman AS dan Nabi Daud AS. Ia juga seorang pemakmur masjid sekaligus pemelihara Maryam, ibunda Nabi Isa AS.

Satu hal yang mengesankan dalam kisah Nabi Zakaria AS, yakni saat ia memelihara Maryam putri dari Imran dan keinginannya untuk mendapatkan keturunan.

Baca Juga

Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, ketika istri Imran yang sudah berusia lanjut menginginkan seorang anak. Dan, bila terkabul, ia bernazar untuk menyerahkan anaknya ke Baitul Maqdis dan menjadi pemeliharanya.

Doa istri Imran akhirnya terkabul dan lahirlah seorang putri yang diberi nama Maryam. Sesuai dengan janjinya, Maryam pun diserahkan ke pengelola Baitul Maqdis yang ketika itu dipimpin oleh saudara sepupu mereka yang bernama Zakaria.

Selama dalam pemeliharaan Zakaria, Maryam tumbuh menjadi seorang anak yang sehat, cerdas, dan senantiasa berbakti kepada Allah SWT. Yang lebih membanggakan Zakaria, Maryam selalu mendapatkan makanan dan buah-buahan di mihrab Zakaria.

''Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata; 'Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab; 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.'' (QS Ali Imran [3]: 37).

Mihrab manakah yang dimaksud dalam ayat tersebut? Para ulama sepakat, saat Maryam dititipkan kepada Nabi Zakaria, ia ditempatkan di sebuah ruangan khusus di Bayt al-Maqdis (Al-Aqsa). Dan, setiap selesai melaksanakan ibadah, Maryam mendapatkan makanan yang ada di mihrab Zakaria. Karena itu, mihrab yang dimaksudkan itu adalah mihrab di Bayt al-Maqdis (Al-Aqsa).

Pandangan ini diperkuat dengan keterangan ayat Alquran surah Ali Imran [3] ayat 35. ''(Ingatlah), ketika istri Imran berkata; 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Bayt al-Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'.''

Sejumlah ulama dan para sejarawan menyatakan, Nabi Zakaria AS diutus menjadi nabi dan rasul di daerah Palestina, tempat Masjid Al-Aqsa berdiri. ''Maka, ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; 'hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang'.'' (QS Maryam [19]: 11).

Adapun Betlehem (Bayt al-Lahm), tempat Nabi Isa dilahirkan, bukanlah tempat mihrab Zakaria sebagaimana diterangkan dalam ayat 37 surah Ali Imran [3].

Bagaimanakah bentuk mihrab kala itu? Samakah ia dengan mihrab-mihrab yang ada di masjid dan mushala saat ini? Menurut Ensiklopedi Islam, kata mihrab berarti gedung yang tinggi. Sebagian ulama berpendapat, mihrab sebagai tempat memerangi setan dan hawa nafsu. Mihrab, menurut mereka, berasal dari kata al-Hurba yang berarti peperangan.

Ada pula yang menyatakan, mihrab adalah ceruk atau ruangan di dalam masjid. Karena dalam tempat itu, kebenaran manusia akan ditempa dalam upaya menghindarkan diri dari kesibukan duniawi.

Namun, Dr Muhammad Taqiyuddn al-Hilali dan Dr Muhammad Muhsin Khan mempunyai definisi lain tentang mihrab. Dalam Alquran cetakan King Fahd Complex, Arab Saudi, keduanya mendefinisikan mihrab sebagai tempat shalat kecil atau ruang privasi dan bukan sebagai penunjuk arah kiblat, apalagi tempat imam memimpin shalat. Menurut Merriam Webster, mihrab adalah sebuah tempat yang menjorok ke dalam atau ruangan di dalam masjid yang menjadi penanda arah kiblat.

Sementara itu, mihrab saat ini dikenal sebagai empat imam dalam memimpin shalat berjamaah. Dalam bahasa Arab, kata mihrab berarti melawan atau berperang. Beberapa sejarawan mengatakan, istilah mihrab berasal dari Persia, yakni sebuah lubang yang tidak tembus atau cekungan (niche) pada kuil Mithraistik.

Adapun menurut Ibnu Katsir, mihrab yang dimaksud dalam ayat 37 surah Ali Imran itu, bukanlah mihrab sebagaimana sekarang ini yang ada di masjid-masjid atau mushala, yang digunakan sebagai tempat imam atau penunjuk arah kiblat. Menurut Ibnu Katsir, mihrab dahulunya adalah ruangan utama masjid, yang biasa dipakai sebagai ruang utama shalat, bukan tempat imam memimpin shalat.

Penjelasannya ini dipertegas dengan keterangan Alquran surah Maryam [19]: 11, ketika Zakaria keluar dari mihrabnya menuju kaumnya. Maksud mihrab dalam ayat ini, ungkap Ibnu Katsir, menunjukkan ia keluar dari Masjid Al-Aqsa menuju kaumnya yang berada di luar masjid.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement