Sabtu 11 Apr 2020 16:38 WIB

Bangsa Turki ke Jawa Sejak Era Demak?

Orang Turki pergi ke Jawa karena mengetahui jika pulau itu merupakan daerah kaya

Umat muslim mengikuti pengajian Ramadan di serambi Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, Ahad (20/5).
Foto: Antara/Aji Styawan
Umat muslim mengikuti pengajian Ramadan di serambi Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai sebuah imperium penguasa tiga benua, Kekhilafahan Turki Utsmani menginspirasi berbagai belahan dunia Islam. Tidak terkecuali Nusantara, khususnya Sumatra dan Jawa.

Pulau Jawa yang dikuasai Kerajaan Demak kemudian diteruskan oleh Mataram—notabene menjadi pewaris Majapahit—ikut mendengar kebesaran imperium Islam yang didirikan oleh Suku Kayi itu.

Kasori Mujahid, kandidat doktor Univer sitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menulis disertasinya soal relasi antara Demak dengan Turki Utsmani. Kasori yakin jika hubungan antara Demak dengan Turki sudah terjadi, bahkan sebelum Majapahit dan Aceh berdiri. "Hanya sifatnya kultural dakwah dan perdagangan," ujar dia saat berbincang dengan Republika di Solo, belum lama ini.

Pada abad ke-11, sudah banyak orang Turki Seljuk yang pergi ke Nusantara, termasuk Jawa. Menurut dia, Makam Fatimah binti Maimun yang ditemukan di Gresik pada abad ke-11  memiliki nisan diduga bergaya Turki Seljuk. Dia menjelaskan, orang Turki pergi ke Jawa karena sudah mengetahui jika pulau itu merupakan daerah kaya yang dihuni banyak manusia. "Orang di Jawa itu paling ramai. Sawah begitu terhampar. Kalau Sumatra itu, menurut beberapa riwayat, seperti Ibnu Faqih, Al Masudi, banyak binatang. Disana tinggal gajah-gajah yang besar," kata dia.

Pada abad tersebut terdapat Desa Leran yang terletak di Gresik. Desa itu merupakan sebuah kota pelabuhan yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing. Termasuk, kapal-kapal dagang dari tanah Arab, Persia, dan India. Para pedagang Arab, Persia, Turki, dan India (atau keturunan campuran mereka) pun me mainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. "Hubungan resmi mungkin tidak karena Utsmani belum menjadi kekhalifahan," jelas Kasori.

Abad ke-16 merupakan awal Turki Utsmani menjadi kekhalifahan. Tepatnya, pada 1517 imperium yang berada di bawah kekuasaan Sultan Salim Khan 1 baru berkuasa secara resmi atas Samudra India dan negeri-negeri Islam. Ketika Sulaeman Al Qanuni memegang tampuk kekuasaan Utsmani, hubungan tersebut meningkat. Hubungan yang sebelumnya hanya sebatas perdagangan dan dakwah menjadi hubungan diplomatik. Ketika itu, Syarif Makkah sebagai ibu kota di Hijaz dan salah satu provinsi di bawah Turki Utsmani menjadi rujukan para penguasa nusantara untuk meminta gelar sultan.

Bukti lainnya ada pada catatan seorang pengelana asal Portugis, yakni Mendez Pinto. Saat Demak menyerang Pasuruan pada 1545, Pinto mengungkapkan, Sultan Trenggono dibantu oleh sekitar 3.000 pasukan asing dari luar Jawa yang berasal dari Zanzibar, India, Turki, dan Aceh. Pasukan tersebut bahu mem bahu membantu Demak menggempur Pasuruan yang bersekutu dengan Portugis. "Demak tidak senang karena Pasuruan bersekutu dengan Portugis," ujar dia.

Baca juga: Turki Utsmani Menginspirasi Sastra Jawa

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement