Sabtu 11 Apr 2020 20:36 WIB

Memetik Hikmah dari Tobatnya Nabi Nuh

Ibnu Qudamah mengisahkan tentang tobatnya Nabi Nuh

Rep: Heri Ruslan/ Red: Hasanul Rizqa
Memetik Hikmah dari Tobatnya Nabi Nuh (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Memetik Hikmah dari Tobatnya Nabi Nuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam suatu hadis sahih yang cukup panjang, Nabi Muhammad SAW menjelaskan betapa besar kegembiraan Allah SWT atas tobatnya seorang hamba. Bahkan, kegembiraan Yang Maha Kuasa itu jauh melebihi gembiranya seorang musafir yang menemukan kembali hewan tunggangannya yang sempat hilang di padang pasir.

Tobat pun hendaknya dilakukan tiap insan. Bahkan, manusia-manusia mulia seperti para utusan Allah pun begitu pula.

Baca Juga

Ibnu Qudamah mengungkapkan kisah-kisah tobatnya para nabi. Di antaranya adalah Nabi Nuh AS.

Salah seorang nabi ulul azmi ini pernah ditegur Allah SWT atas kekeliruan yang tak diketahuinya. Awalnya, ia berpikir bahwa keluarga adalah orang yang harus dibela, walaupun tak patuh kepada Allah SWT.

Nabi Nuh pun memohon dan memanjatkan doa. "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar."

Padahal, di hadapan Allah SWT, sekalipun anak atau istri seorang nabi, kalau mereka tak seiman atau tak mengikuti tuntunan Allah, maka mereka bukanlah keluarga nabi.

Lalu, Allah SWT menegur Nabi Nuh AS, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) yang tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tak mengetahuinya (hakikatnya). Sesungguhnya, Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."

Menurut Ibnu Qudamah, Nabi Nuh AS pun tersadar dari kesalahannya. Ia lalu bertobat, menangis selama tiga ratus tahun lamanya, sehingga dari tetesan air matanya tebentuklah kubangan seperti telaga.

Dalam tobatnya, Nabi Nuh AS berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahuinya (hakikat). Dan, sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."

Demikianlah, bila seorang nabi saja tak luput dari teguran Allah, apalagi kita yang hanyalah insan biasa? Semoga Allah menerangi hati kita dengan cahaya-Nya. Aamiin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement