Sabtu 18 Apr 2020 13:37 WIB

FDA Setujui Obat Baru untuk Kanker Payudara Jenis Agresif

FDA telah mengizinkan pemakaian obat baru untuk kanker payudara jenis agresif.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
 Hasil mammogram payudara, tes untuk mendeteksi kanker. FDA telah mengizinkan pemakaian obat baru untuk kanker payudara jenis agresif.
Foto: AP
Hasil mammogram payudara, tes untuk mendeteksi kanker. FDA telah mengizinkan pemakaian obat baru untuk kanker payudara jenis agresif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Regulator Amerika Serikat (AS) menyetujui obat baru untuk kanker payudara jenis agresif yang menyebar di tubuh, Jumat (18/4). Kanker jenis itu juga dapat menyebar ke otak dan membuatnya sulit diobati.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS mengatakan, pil Tukysa dapat dikonsumsi dua kali sehari. Obat ini dikembangkan Seattle Genetics untuk pasien kanker payudara HER2-positif yang telah menyebar.

Baca Juga

Jenis kanker itu berasal dari gen yang terlalu aktif menyebabkan banyak protein HER2 hingga mendorong pertumbuhan kanker. Setiap tahun, sekitar 50 ribu orang di AS didiagnosis menderita kanker payudara HER2-positif.

Biasanya, kanker tersebut dapat disembuhkan, tapi jika sudah menyebar dapat menyebabkan kematian. Hampir setengah dari penderita mengalami penyebaran kanker sampai ke otak. Banyak dokter memasukkan pasien-pasien itu dalam kelompok prognosis buruk, sehingga jarang melakukan tes obat baru.

Tukysa juga dikenal sebagai tucatinib. Obat tersebut bekerja menyerang sel-sel kanker dari dalam dan luar untuk memblokir produksi protein HER2.

"(Obat) ini pada dasarnya mengeluarkan amunisi (menyerang sel kanker),” kata peneliti Dana-Farber Cancer Institute dr Eric Winer yang membantu memimpin studi pasien utama bersama Seattle Genetics dan pembuat obat-obatan terlarang lainnya.

Dalam studi yang didanai perusahaan itu, setengah dari 612 peserta mendapatkan Tukysa bersama dengan obat kanker standar Herceptin dan Xeloda. Setengah lainnya mendapat dua obat standar dan plasebo.

Hasilnya, sebanyak 45 persen dari kelompok yang mendapatkan Tukysa mampu bertahan setidaknya dua tahun lebih lama dibandingkan dengan 27 persen pada kelompok plasebo. Di antara peserta yang kankernya menyebar ke otak, sebanyak 25 persen masih hidup setelah satu tahun, sementara tidak ada pasien bertahan dalam kelompok plasebo.

“Ini kemajuan yang signifikan,” ujar Winer.

Efek samping yang umum dari obat itu ialah diare, kelelahan, muntah, dan perubahan fungsi hati. Tukysa dijual seharga 18.500 dolar AS per bulan atau sekitar 111 ribu dolar AS untuk perawatan rata-rata dan tidak dijamin asuransi. Sebagian besar pasien tidak menebus obat itu. Perusahaan Seattle Genetics berencana menawarkan bantuan pembelian agar Tukysa segera tersedia bagi yang membutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement