Ahad 19 Apr 2020 18:19 WIB

Awal Mula Ulama Nusantara Ditunjuk Jadi Imam Masjidil Haram

Ulama Nusantara Syekh Ahmad Khatib ditunjuk jadi Imam Masjidil Haram.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Ulama Nusantara Syekh Ahmad Khatib ditunjuk jadi Imam Masjidil Haram. Ilustrasi Masjidil Haram
Foto: Darmawan/Republika/MCH2019
Ulama Nusantara Syekh Ahmad Khatib ditunjuk jadi Imam Masjidil Haram. Ilustrasi Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, Cukup banyak ulama Indonesia yang menorehkan reputasi di tingkat internasional. Satu nama yang patut terus dikenang adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (wafat 1916). Ada dua pendapat tahun kelahirannya. 

Menurut Buya Hamka, sosok tersebut lahir pada 1860, sedangkan berdasarkan riset Deliar Noer ialah 1855.

Baca Juga

Tokoh kelahiran Nagari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, ini digelari sebagai ulama perintis ilmu. Sebab, sejumlah muridnya belakangan menjadi pelopor kemajuan Islam di Indonesia. Yang dikenal luas adalah KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari. Masing-masing mendirikan organisasi yang sampai hari ini terus berkiprah di Tanah Air, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Sejumlah muridnya juga belakang an menjadi mufti di kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. 

Takdir Allah meneguhkan Ahmad Kha tib untuk terus mengabdikan ilmunya Masjidil Haram. Buya Hamka dalam risa lahnya, Ayahku, mengisahkan bagaimana Ahmad Khatib pada akhirnya didaulat menjadi imam besar Masjidil Haram pertama yang berkebangsaan non-Arab.

Pada suatu Ramadhan, Syarif 'Awn ar-Rafiq menggelar acara buka puasa bersama yang mengundang para pembesar Makkah, termasuk mertua Ahmad Khatib, Syekh Saleh al-Kurdi.

Usai membatalkan puasa, semua orang hendak menunaikan shalat Maghrib berjamaah. Tuan rumah yang juga guru besar Masjidil Haram itu bertindak sebagai imamnya. 

Tanpa sengaja di tengah shalat Syarif 'Awn ar-Rafiq membacakan suatu ayat Alquran secara keliru. Ahmad Khatib yang ikut berjamaah di bela kangnya spontan membetulkan bacaan itu.

Usai shalat Maghrib, para hadirin merasa was-was lantaran tokoh sekaliber Syarif ar-Rafiq dikoreksi oleh seorang Jawi yang baru beberapa waktu mengajar di Masjdil Haram. Ternyata, sang imam mengakui kekeliruannya dan mengapresiasi koreksi dari Ahmad Khatib. Dia pun memuji kafasihan lidah Ahmad Khatib dalam melafalkan ayat Alquran.

Penghargaan Syarif 'Awn ar-Rafiq tidak sampai di sana. Beberapa hari setelahnya, atas usulan tokoh tersebut Ahmad Khatib didaulat menjadi imam dan kemudian khatib dari mazhab fikih Syafii di Masjidil Haram. Sejak saat itu, kala usianya 38 tahun Ahmad Khatib berhak atas julukan syekh. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement