Senin 20 Apr 2020 20:53 WIB

Perangai Dua Sahabat Nabi Ini Bak Air dengan Api

Abu Bakar dan Umar bin Khattab memiliki perangai yang berseberangan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Perangai Dua Sahabat Nabi Ini Bak Air dengan Api.
Foto: Mgrol120
Perangai Dua Sahabat Nabi Ini Bak Air dengan Api.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim mengenal keempat khalifah yang kesemuanya mengenal dan menganut ajaran Rasulullah SAW. Meski keempat tokoh ini memiliki keistimewaan akhlak, namun perangai mereka dapat dibedakan pembawaannya.

Misalnya perbedaan perangai antara Sayyidina Abu Bakar dengan Sayyidina Umar bin Khattab. Perangai kedua sahabat Rasulullah SAW ini diibaratkan seperti air dan api.

Baca Juga

Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah dijelaskan, perbedaan perangai kedua sahabat Nabi ini memang jelas sekali. Perangai Abu Bakar terkenal lemah lembut, sedangkan Umar bin Khattab dikenal memiliki perangai yang keras dan tegas.

Ketika menghadapi para tawanan Badar misalnya, Abu Bakar meminta kepada Rasulullah agar memperlakukan tawanan dengan lunak. Perlakuan itu, yakni mau menerima tebusan dari para tawanan Quraisy sehingga hal itu dapat menunjang kekuatan umat Muslim dalam menghadapi musuh.

Sudah tentu, masukan ini disambut baik oleh Nabi Muhammad SAW. Sejak awal Rasulullah memang sudah berpesan untuk memperlakukan tawanan perang dengan sebaik mungkin: “istawshu bihim khairan! (perlakukanlah mereka dengan sebaik-baiknya),” kata Rasulullah.

Namun demikian, Sayyidina Umar bin Khattab berkata lain. Ia menyarankan para tawanan itu dihabisi saja sebab tindakan kaum kafir sudah di luar batas dan kejam kepada kaum Muslim. Umar berpendapat dengan menghabisi kaum kafir sebagai bentuk pelajaran dan dapat melemahkan semangat mereka dalam menjahili umat Muslim.

Saran beliau ditolak oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, turunlah wahyu Allah yang menyalahkan tindakan Rasulullah dan umat Muslim.

Dalam Alquran Surah Al-Anfal ayat 67-69, Allah menegur Rasulullah dan umat Muslim. Bahwa tidak pantas bagi seorang Nabi mempunyai tawanan perang sebelum musuh dapat dilumpuhkan. (Sebab) mereka menginginkan harta duniawi, padahal Allah menghendaki juga kehidupan di akhirat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement