Kamis 23 Apr 2020 00:25 WIB

Ini Plus Minus Manasik Haji Online

Untuk manasik masyarakat Indonesia lebih senang bertatap muka dan praktik langsung.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Direktur Utama Adinda Azzahra Group, Priyadi Abadi.
Foto: Dok Adinda Azzahra
Direktur Utama Adinda Azzahra Group, Priyadi Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pandemi Covid-19 berimbas pada pelaksanaan manasik haji. Manasik haji yang biasa dilakukan dengan bertatap muka, untuk pertama kalinya calon jamaah haji akan melakukan manasik haji secara online agar calon jamaah tetap mendapatkan materi pembelajaran dan sosialisasi manasik haji.

Direktur Utama Adinda Azzahra Tour and Travel, Priyadi Abadi mengatakan, dengan melakukan manasik haji secara online tentu ada plus dan minusnya. Namun, karena Indonesia masih dalam situasi Pandemi Covid-19 menurutnya, mau tidak mau masyarakat harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah diterapkan.

“Tentunya pasti ada plus minusnya dalam kondisi pandemi ini. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus mengikuti protokol kesehatan,” kata Priyadi saat dihubungi Republika, Rabu (22/4).

Priyadi menuturkan, di era digital, dengan memberlakukan manasik haji online maka akan semakin mudah bagi calon jamaah haji mempelajarinya. Karena mereka tidak harus keluar rumah, lebih menghemat biaya serta dapat mempelajari manasik haji kapanpun dia inginkan.  

 

“Itu memang kelebihannya dengan era digital ini,” kata dia.

Sama halnya dengan orang ketika hendak membeli tiket, karena sudah ada aplikasi maka orang tersebut tidak harus datang antre dan mengurus ini itu. Melalui aplikasi, dengan smartphone membeli tiket menjadi lebih mudah. 

“Tapi segala kelebihan juga banyak kekurangannya. Minusnya saya kira tidak semua masyarakat sudah melek digital. Bagaimana saudara-saudara kita di pedalaman di desa yang belum  ada akses internet belum pegangan HP, kalau dia punya anak atau saudara yang bisa membantu masih mending (tapi kalau tidak ada), itu yang perlu kita perhatikan coba cari solusinya,” kata Priyadi.

Masalah yang kedua lanjut Priyadi, tipe masyarakat Indonesia lebih senang bertatap muka dan praktik langsung. Karena dengan praktek langsung, jamaah akan lebih paham bagaimana cara menggunakan kain Ihrom, bagaiaman tawaf, dan bagaimana sa’i.

“Orang kita itu belum terbiasa dengan teknologi. Mungkin beda dengan negara lain yang lebih dulu melek teknologi, mereka sudah lebih familier lama dengan teknologi,” ujarnya lagi.

“Kekurangannya ini memang hrs kita carikan solusi seperti apa,” sambungnya.

Priyadi menuturkan, panduan manasik haji secara online sebenarnya sudah ditetapkan oleh para travel haji, termasuk Adinda Travel. Panduan tersebut dibuat untuk mengantisipasi jamaah yang tidak dapat hadir saat pelatihan manasik haji, sehingga bisa mengulang materi dengan cara melihat video atau buku panduan. 

“Kami juga punya bimbingan secara digital, kita buat lebih bisa dipahami (dengan bergambar), lebih detail sampai naik ke pesawat pun, kita juga bikin kan video juga. Salah satu cara kita dalam rangka mengantisipasi membuat jamaah kita lebih paham, mengenai urutan-urutannya dalam proses umroh dan haji,” ujar priyadi.

Pada umumnya, kata dia, pelatihan manasik haji dilakukan dengan selama tiga sampai empat kali pertemuan. Namun, semua tergantung dari pihak penyelenggara.

“Kalau kami tiga sampai empat kali pertemuan yang mana dalam manasik tidak hanya diisi tatacara berhaji, tapi secara detail hukum-hukumnya. Semuanya yang sebetulnya ada dalam buku panduan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement