Sabtu 25 Apr 2020 11:07 WIB

Upaya Pangeran Arab Akuisisi Klub Inggris Kembali Dipersulit

Anggota Parlemen dari Partai Buruh minta pemerintah Inggris turun gunung.

Rep: Frederikus bata/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman
Foto: AP Photo/Jacquelyn Martin
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dalam beberapa hari terakhir, kabar Pangeran Arab Saudi, Mohamed bin Salman bakal mengambil alih saham terbesar Newcastle United memicu kontroversi. Pemerintah Inggris didesak untuk turut melakukan penyelidikan.

Anggota Parlemen dari Partai Buruh, Clive Betts menyinggung dugaan keterlibatan Arab Saudi dalam mendukung jaringan streaming bernama BeoutQ. 

Jaringan tersebut menyiarkan acara-acara olahraga, termasuk Liga Primer Inggris, secara ilegal.

Melalui Dana Investai Publik (OIF), Pengeran Salman ingin mengakuisi Newcastle. Ia siap menggelontorkan mahar sebesar 300 juta poundsterling agar bisa menguasai 80 persen saham the Magpies.

Cliff menilai pemerintah harus memberikan perhatian terhadap situasi ini. Ada investasi dalam jumlah besar yang memicu perdebatan.

"Masalah pembajakan (siaran langsung) oleh BeoutQ, jadi prioroitas mendapat pengawasan regulasi seputar pengambilalihan Newcastle United. Sementara Liga Primer secara serius melihat potensi konflik," kata Cliff dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Sky Sports, Sabtu (25/4).

Menurutnya potensi konflik terjadi karena calon pemilik dituduh mencuri hak-hak siar selama tiga tahun. "Pemerintah harus mengambil peran, bukan cuma jadi penonton di bangku cadangan," ujar Cliff, menambahkan.

Pemerintah belum mengikuti desakan tersebut. Pasalnya ada prosedur bisnis yang masuk ke ranah liga. Tahap akhir dari proses pengambilalihan itu adalah melihat legalitas calon pemilik.

Legalitas tersebut dalam hal kecukupan dana. Juga sepak terjang calon pemilik. Apakah ada dugaan tindakan kejahatan atau kegiatan kriminal. Dalam hal ini, jadi wewenang Liga Primer.

Desakan juga datang dari Bein Sports. Sebuah perusahaan penyiaran yang berbasis di Qatar. Intinnya mereka menginginkan Inggris tidak mengizinkan proses pembelian itu terjadi.

Kepala Eksekutif Bein Sports, Yousef Al Obaidly menulis surat ke Petinggi Liga Primer. Ia menyinggung aktivitas BeoutQ yang memberi dampak buruk pada mereka.

Berkali-kali Arabsat membantah tuduhan keterlibatannya dengan BeoutQ. BEIN menuduh keterlibatan perusahaan tersebut dalam berbagai proyek streaming ilegal. 

Bein berharap Liga Primer memperhitungkan isu di atas dalam pengujian kelayakan. Bein salah satu investor terbesar di kompetisi terelit Negeri Ratu Elizabeth. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement