Jumat 01 May 2020 08:25 WIB

'Mengapa Kau Katakan Apa yang tak Kau Kerjakan?'

Kesesuaian antara perkataan dan perbuatan amat ketat di dalam Islam

Pasien berbohong ke dokter (ilustrasi)
Foto: republika
Pasien berbohong ke dokter (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pepatah bilang, lidah tak bertulang. Betapa sering dusta diucapkan melalui organ yang satu ini.  Tidak terhitung lagi betapa banyak kita ingkar terhadap ucapan lidah sendiri. Kita tak perlu menunjuk muka. Cukup sodorkan nama sendiri untuk dihitung dengan sederhana. Betapa sering keingkaran itu diucap. Padahal, Allah SWT telah mengingatkan dalam Alqur'an.

"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS ash-Shaff: 2-3).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, mayoritas ulama menyatakan bahwa ayat ini turun ketika kaum Muslimin mengharapkan diwajibkannya jihad atas mereka. Namun, ketika Allah mewajibkannya mereka tidak melaksanakannya. Riwayat lain menyatakan, ayat di atas turun sebagai kecaman terhadap orang-orang munafik yang mengucapkan syahadat dan mengaku Muslim tanpa melaksanakan tuntunan agama Islam secara baik dan benar.

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan ketika sahabat Nabi SAW berbincang, ada yang berkata: "Seandainya kita mengetahui amalan yang paling dicintai Allah, niscaya kami mengamalkannya. Maka turunlah firman-Nya dalam QS ash-Shaff ayat 1-2. Berdasarkan keterangan dari al-Hakim, Ibnu Ahmad, Ibnu Hatim, menjelaskan, Rasulullah SAW membacakan ayat di atas ke pada kami sampai pada akhirnya (akhir surah).

Ayat ini merupakan pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan suatu janji atau mengatakan sesuatu lalu ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu, ada sebagian ulama salaf yang berpendapat, diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah dijanjikannya secara mutlak tanpa memandang apakah yang dijanjikannya itu berkaitan dengan kewajiban atau tidak.

Tentunya ini terkait dengan sabda Rasulullah SAW: "Pertanda orang munafik ada tiga. Apabila berjanji ingkar, apabila berbicara dusta, dan apabila dipercaya khianat."

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, ayat tersebut mengecam mereka yang dipanggil  dengan panggilan keimanan. Namun, panggilan itu dikatakan sambil menyindir bahwa keimanan tersebut tidak berlaku demikian.

Quraish Shihab pun menyematkan kata mengaku menjadi "wahai orang-orang yang (mengaku) beriman". Sayid Quthb me nulis, sangat keji jika seorang mukmin telah menyatakan kesungguhannya untuk berjihad kemudian dia mengundurkan diri darinya.

Sebagaimana apa yang terjadi pada sebagian kelompok orang Islam se perti disinggung dalam beberapa hadis.

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement