Kisah Istri Nabi Muhammad yang Meninggal di Bulan Ramadhan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 06 May 2020 04:00 WIB

Kisah Istri Nabi Muhammad yang Meninggal di Bulan Ramadhan. Foto: Ilustrasi Muslimah Foto: Mgrol120 Kisah Istri Nabi Muhammad yang Meninggal di Bulan Ramadhan. Foto: Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID,  MADINAH -- Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tamim bin Marrah bin Ka’ab bin Luay atau Abu Bakar Ash Shiddiq. Aisyah lahir 9 tahun sebelum Hijriah atau 4 tahun sesudah Nabi Muhammad mendapat kenabiannya. Kedua orang tuanya telah memeluk Islam ketika ia lahir sehingga ia dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat.

Setelah kematian istri pertama Rasul, Khadijah, beliau didatangi oleh malaikat Jibril yang memberitahukan mengenai Aisyah. Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

Baca Juga

“Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa gambarmu dalam sepotong kain sutra seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)

Setelah mendapatkan mimpi itu, Rasul pun datang meminang Aisyah yang saat itu masih berumur tujuh tahun. Barulah pada usia sembilan tahun Rasul menikahi Aisyah. Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang diberikan Rasulullah:

“Aisyab menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-irstrinya adalah dua belas uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istri-istri beliau.“ (HR. Muslim)

Aisyah adalah istri yang paling dicintai Rasul setelah Abu Bakar, ayahnya. Rasulullah ditanya oleh Amru bin ‘Aash,

“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah!” Amru bertanya lagi, “Dan dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab, “Ayahnya!” (Hadits muttafaqirn ‘alaihi)

Bahkan saking cintanya, istri-istri Rasul yang lain menaruh cemburu pada Aisyah. Aisyah pernah berkata saat itu orang-orang berbondong-bondong memberi hadiah pada hari giliran Rasulullah berada di rumahnya. Karena itu, teman-teman Aisyah (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di tempat Ummu Salamah.

Mereka berkata, ‘Hai Ummu Salamah, demi Allah, orang-orang berbondong-bondong mernberikan hadiah pada hari giliran Rasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga ingin memperoleh kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah.’

Melihat reaksi seperti itu, Rasulullah meminta kaum muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau pada hari giliran istri Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah menyatakan keberatan kepada Rasulullah. Dia berkata, “Rasulullah berpaling dariku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kembali memperingatkan hal itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa.

Ketika aku mengingatkan beliau untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya beliau bersabda, ‘Demi Allah, wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada di dekat kalian, kecuali ketika aku dalam satu selimut bersama Aisyah.” (HR. Muslim)

Aisyah adalah wanita yang paling banyak meriwayatkan perkataan Rasul dan selalu berani untuk menegakkan Islam, bahkan setelah Rasul wafat. Ia menjadi penasehat pemerintahan hingga akhir hayatnya.

Abu Salamah berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Qur’an turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah.”

Aisyah dikenal sebagai seorang wanita yang sangat luas ilmu pengetahuannya, dia sangat memahami ilmu fikih, ilmu kedokteran dan ilmu syair. Bahkan Aisyah diberikan sembilan perkara yang tidak diterima oleh wanita lain setelah Maryam binti Imran.

Sembilan perkara itu diantaranya, pertama, Jibril turun membawa bayangannya dalam tidur Rasulullah SAW hingga Rasul menikahinya. Kedua, satu-satunya wanita yang dinikahi dalam keadan perawan adalah Aisyah.

Ketiga, Rasulullah wafat dan kepala beliau ada di pangkaunnya. Keempat, Rasulullah dimakamkan di kamarnya bersama Aisyah. Kelima, para malaikat selalu mengelilingi rumahnya. Keenam, Aisyah merupakan putri khaifah pertama yang membenarkan kerasulan Rasulullah.

Ketujuh, Aisyah pernah difitnah dengan keji namun Allah langsung yang membersihkan namanya dengan turunnya wahyu salah satu ayat Alquran kepada Rasulullah. Kedelapan, Aisyah diciptakan dalam keadaan yang baik dari seorang yang baik pula dan terakhir Aisyah dijanjikan ampunan dan rezeki yang mulai dengan menjadi istri Rasulullah di dunia dan akhirat.

Wafatnya Aisyah

Aisyah meninggal dunia pada usia yang telah renta. Beberapa riwayat mengatakan bahwa ia meninggal pada usia 66 tahun sedangkan riwayat lain mengatakan ia meninggal di usia 85 tahun. Ia meninggal dunia saat melaksanakan sholat witir yang dilakukan pada tanggal 27 Ramadhan.

Ia pun dimakamkan di Baqi’ setelah sholat witir. Sholat jenazahnya dipimpin oleh Abu Hurairah. Sedangkan yang memasukkan jenazahnya ke liang lahat adalah Abdullah, Urwa, al-Qasim bin Muhammad, Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar, dan Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar.

Aisyah adalah sosok yang mulia. Rasul pun sering menyebutkan keutamaan istri kesayangannya ini. Rasulullah pernah mengatakan dalam sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita sepeerti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067).