Selasa 05 May 2020 15:38 WIB

Taman Satwa Cikembulan Harapkan Bantuan Dana untuk Satwa

Pakan untuk satwa pun dibatasi agar tidak berlebihan atau kekurangan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Orang utan di Taman Satwa Cikembulan, Kabupaten Garut.
Foto: dok. Taman Satwa Cikembulan
Orang utan di Taman Satwa Cikembulan, Kabupaten Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada kehidupan manusia. Satwa-satwa di kebun binatang juga terdampak pandemi Covid-19.

Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan, Rudi Arifin mengatakan, pandemi Covid-19 membuat kebun binatang yang berlokasi di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, itu berhenti beroperasi sejak awal Maret 2020. Berhentinya operasional otomatis membuat pemasukan ke lembaga konservasi itu berkurang drastis. Padahal, tiket pengunjung disebut sebagai salah satu sumber utama pemasukan kebun binatang.

"Soalnya pengaruh dari tiket kunjungan itu sangat tinggi. Hampir setiap kebun binatang, saya kira bergantung pada pemasukan pengunjung," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (5/5).

Ia mengatakan, kunjungan ramai wisatawan ke kebun binatang hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, seperti saat liburan sekolah, hari raya, dan hari libur lainnya. Kondisi ramainya kunjungan itu menjadi tabungan pengelola kebun binatang untuk menghadapi momen sepi pengunjung.

Namun, Rudi menyebut, tabungan juga memiliki batas tertentu untuk bertahan. Ia mengatakan, sejak berhenti beroperasi, 50 persen karwayan Taman Satwa Cikembulan telah dirumahkan. Sementara, pakan untuk satwa pun dibatasi agar tidak berlebihan atau kekurangan.

Menurut dia, pihaknya telah berusaha menutupi ongkos pakan dengan menanam sayur dan buah. Selain itu, Taman Satwa Cikembulan juga memiliki peliharaan angsa, bebek, ayam, dan burung merpati, untuk alternatif pakan satwa karnivora. Ia meyakinkan, kondisi para satwa di Taman Satwa Cikembulan masih normal.

"Saya perkirakan kita bisa tahan sampai Juni. Lewat dari itu, saya belum bisa menentukan," kata dia.

Menurut dia, sekira 60 persen dari 435 satwa di Taman Satwa Cikembulan berstatus dilindungi. Artinya, satwa-satwa itu merupakan titipan negara. Ada macan tutul, harimau sumatra, orang utan, hingga beruang madu.

"Saya sebagai pengelola lembaga konservasi bertanggung jawab berbicara ke publik. Daripada nanti mendadak ada kejadian," kata dia.

Sejauh ini, ada sejumlah bantuan yang masuk ke Taman Satwa Cikembulan berasal dari swadaya masyarakat. Bantuan itu terhimpun di Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI). Namun, ia mengatakan, belum ada bantuan dari pemerintah untuk kebun binatang. Sejauh ini, pemerintah melalui BKSDA hanya melakukan pemantauan kondisi para satwa di kebun binatang.

"Mereka mengecek pakan, kondisi, perilaku satwa. Kalau ada pengurangan pakan, kita juga amati perilaku satwa," kata dia.

Rudi berharap, pemerintah dapat membatu berupa dana ke kebun binatang. Dengan begitu, kebun binatang dapat bertahan lebih lama. Apalagi setelah pandemi berakhir, lanjut dia, situasi di lapangan tidak mungkin langsung normal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement