Rabu 06 May 2020 08:48 WIB

Harga Minyak Naik Ditopang Pelonggaran Karantina

Sejumlah negara Eropa dan Asia serta negara bagian AS mulai melonggarkan lockdown.

Pengemudi ojek online mengisi bahan bakar di SPBU Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (14/4). Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/5) karena beberapa negara melonggarkan aturan lockdown.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengemudi ojek online mengisi bahan bakar di SPBU Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (14/4). Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/5) karena beberapa negara melonggarkan aturan lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/5) karena beberapa negara melonggarkan aturan lockdown. Eropa dan Asia bersama dengan beberapa negara bagian Amerika Serikat mulai melonggarkan langkah-langkah karantina wilayah.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 3,77 dolar AS atau 13,86 persen menjadi ditutup pada 30,97 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik 4,17 dolar AS atau 20,45 persen menjadi 24,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Reli memperpanjang kenaikan minyak mentah Brent menjadi enam hari berturut-turut, sementara patokan AS WTI kini telah reli untuk lima sesi berturut-turut.

Baca Juga

Permintaan bahan bakar di seluruh dunia turun sekitar 30 persen pada April. Tetapi, permintaan meningkat sedikit karena upaya untuk mencabut pembatasan perjalanan.

Menurut data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan Selasa malam, persediaan minyak mentah AS naik 8,4 juta barel pekan lalu. Analis memperkirakan kenaikan 7,8 juta barel menjelang laporan pemerintah pada Rabu (6/5) pagi.

API juga melaporkan stok bensin turun 2,2 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 43.000 barel. Ini menandakan bahwa permintaan mulai pulih.

Italia, Spanyol, Nigeria dan India, serta beberapa negara bagian AS termasuk Ohio, mulai mengizinkan beberapa orang untuk kembali bekerja. Negara tersebut juga membuka situs konstruksi, taman, dan perpustakaan. 

Namun, para pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu dapat menyebabkan infeksi virus corona meningkat lagi. "Pasar mulai menyadari bahwa penghancuran permintaan telah mengerikan, tetapi kami membuka kembali dan permintaan akan menjadi lebih baik," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. 

"Tetapi kemunduran produksi baru saja dimulai," lanjutnya.

Presiden AS Donald Trump memuji langkah-langkah oleh negara-negara bagian untuk membuka kembali ekonomi mereka. Riset RBC Capital Markets dalam sebuah catatan menyatakan lalu lintas kendaraan di sebagian besar Amerika Serikat, termasuk bagian-bagian yang belum mencabut perintah tinggal di rumah, juga telah meningkat.

Bank Swiss UBS mengatakan pelonggaran pembatasan akan membantu menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang mengarah ke kekurangan pasokan pada kuartal keempat. Morgan Stanley mengatakan puncak kelebihan pasokan di pasar global kemungkinan telah tercapai dan krisis penyimpanan berkurang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement