Jumat 08 May 2020 23:55 WIB

Melihat Makkah dari Puncak Jabal Nur, Lokasi Gua Hira

Kota Makkah dan Masjidil Haram tampak indah dari puncak Jabal Nur.

Kota Makkah dan Masjidil Haram tampak indah dari puncak Jabal Nur.Shalat berjamaah dengan latar belakang Kota Mekkah di ketinggian Jabal Nur.
Foto: Mast Irham/EPA
Kota Makkah dan Masjidil Haram tampak indah dari puncak Jabal Nur.Shalat berjamaah dengan latar belakang Kota Mekkah di ketinggian Jabal Nur.

REPUBLIKA.CO.ID, Berziarah ke Jabal Nur sekaligus melihat langsung gua tempat diturun kannya ayat pertama dalam Alquran kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan momen penting yang tidak bisa sia-siakan. Inilah gua yang selalu diceritakan para guru, ulama, dan asatiz dalam sejarah turunnya Alquran.

Selain selalu dikupas dalam setiap peringatan Nuzulul Qran dan peringatan Maulid Nabi, Hikayat Jabal Nur juga selalu kita dengar dari cerita para jamaah haji yang baru saja pulang ke Tanah Air. Ceritanya, tak pernah melewatkan tentang Gua Hira, sebuah gua kecil yang terletak di puncak Jabal Nur sekitar enam kilometer sebelah utara kota Makkah.

Baca Juga

Tempat ini merupakan tempat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT seperti disebutkan dalam surat Al-Alaq. Dalam sejarah Islam dijelaskan, sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasulullah, beliau sering berkhalwat atau mengasingkan diri dari keramaian di gua ini.

Untuk mencapai tempat berkhlwatnya Nabi tersebut, selain kesiapan fisik, juga membutuhkan perjuangan dan sikap optimisme. Betapa tidak, sebelum mencapai bebatuan dan kerikil di Jabal Nur, para peziarah sudah harus berjalan kaki karena curamnya tanjakan. Kendaraan hanya bisa di parkir sekitar seratus meter.

Jika dipandang dengan kasat mata, mungkin orang akan mengundurkan diri sebelum memulai pendakian. Di awal pendakian di kaki Jabal Nur, hanya terlihat jalan setapak berkerikil di antara sela-sela bebatuan. Anak tangga dari batu baru mulai terlihat setelah kita menapak sekitar 30 menit pendakian. Juga, tidak ada jalan kecuali melewati batu terjal berliku dengan kecuraman dinding sekitar 60 derajat.

Sebelum sampai ke tempat khalwat Nabi, tampak sebuah lubang kecil yang hanya bisa dilalui satu orang saja. Setelah disusuri, sekitar lima meter kemudian, sampailah di tempat berkhalwatnya Rasulullah SAW. Di antara sela-sela tumpukan batu yang membentuk gua itu, terdapat celah menembus langit, sebagai tempat masuknya cahaya.

Di depan pintu masuk gua, terdapat balai kecil yang bisa dipakai istirhat sejenak. Dari balai itu pula, suasana Kota Makkah terlihat jelas dari semua sisi. Jika kita memandang ke arah selatan, di sana tampak menara Masjidil Haram yang menjulang ke langit. Saat menuruni Jabal Nur, memang terasa lebih ringan dibanding saat naik. Namun, tingkat kesulitannya cukup tinggi juga. Kuda-kuda kedua kaki harus kuat agar tidak terperosot dan meluncur ke bawah. Sama halnya saat mendaki, butuh istirahat beberapa kali untuk sampai ke kaki bukit.

Bagi perempuan, memang perlu didampingi mahramnya sebagai pendamping dan tempat berpegangan saat melewati penurunan terjal. Namun, jika tidak ada pendamping, cukup melakukan pendakian semampunya dan berhenti sambil menunggu rombongan turun. Sebab, di mana pun kita berada, pemandangan indah terhampar dari atas Kota Makkah.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement