Ahad 10 May 2020 12:50 WIB

Petani Boyolali Produksi Gula Semut Berharga Ekonomi Tinggi

Petani gula kelapa di Boyolali meningkatkan kualitas produksi gula semut.

Red: Nur Aini
Gula semut
Foto: courtesy of tesdik.blogspot.com
Gula semut

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Para petani gula kelapa yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita Manggar Sari di Desa Bandung, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, memproduksi gula semut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Ketua Kelompok Tani Wanita Manggar Sari Desa Bandung, Siti Wadlifah di Boyolali, Ahad (10/5), mengatakan, warga di Desa Bandung memang mayoritas petani pohon kelapa sehingga menjadi salah satu sentra produksi gula kelapa atau gula jawa atau gula merah di Boyolali.

Baca Juga

Gula merah diproduksi dengan bahan baku nira atau air hasil sadapan bunga kelapa atau "manggar". Daerah itu banyak terdapat pohon kelapa menjadi mata pencarian para petani sehari-hari.

Kelompok Tani Manggar Sari Desa Bandung yang berdiri sejak 2008 hingga sekarang mempunyai 60 anggota, kata Siti Wadlifah, setiap hari mampu memproduksi gula merah rata-rata puluhan kuintal dengan harga sekitar Rp 25.000 per kilogram.

Para petani kelapa tergabung Kelompok Tani Manggar Sari tersebut yang menggantungkan penghasilan dengan memproduksi gula kelapa mempunyai ide guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan membuat gula semut. Menurut Siti, jika memproduksi gula merah membutuhkan waktu sekitar dua jam, sedangkan gula semut membutuhkan waktu tiga jam dengan nilai harga lebih tinggi mencapai Rp 40.000 per kg.

Menurut Siti, anggotanya kemudian mengikuti beberapa pelatihan. Dia mengajak untuk meningkatkan harga ekonomi gula kelapa menjadi diversifikasi produk yang lebih berkualitas.

"Kami mengembangkan inovasi untuk meningkatkan harga jual gula kelapa sejak 2014. Salah satunya dengan memproduksi gula semut yang merupakan gula merah dalam bentuk bubuk atau kristal kecil mirip semut," kata Siti.

Inovasi dari gula kelapa menjadi gula semut supaya lebih menarik, kata dia, dengan mengedepankan kualitas, murni nira tidak pernah dicampuri bahan apapun. Akhirnya gula semut harganya lebih tinggi karena prosesnya lebih butuh waktu lama, kadar air sedikit jadi tahan lama dan tidak mudah berjamur.

Inovasi gula semut tersebut mendongkrak harga jual gula kelapa cetakan sekitar semula Rp 25.000 per kg, gula semut mampu mencapai harga Rp 40.000 per kg. Harga itu, dinilai pantas, karena gula telah melalui proses cukup lama dibanding memproduksi gula kelapa biasa sehingga tekstur menjadi halus serta rasa manis yang dihasilkan aman dikonsumsi setiap hari.

"Produksi gula semut Wonosegoro mulai dilirik konsumen. Selain khas manis gula lebih terasa, untuk khasiat dari gula semut yang bisa bermanfaat bagi kesehatan tubuh," katanya.

Bahkan, Kelompok Tani di Desa Bandung tersebut membawa nama baik Kabupaten Boyolali melalui lomba-lomba. Para petani juga menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu peremajaan bibit pohon kelapa, obat-obatan hama kelapa, pupuk, serta alat produksi guna meningkatkan kualitas produksi gula kelapa di Desa Bandung

"Setiap petani anggota rata-rata mampu memproduksi gula kelapa sekitar tujuh hingga sepuluh kg per hari. Untuk pemasaran langsung dikirim ke pedagang di pasar atau toko-toko, dan melalui daring," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement