Selasa 19 May 2020 07:26 WIB

Erdogan Lockdown Turki Selama Libur Idul Fitri

Erdogan memutuskan lockdown Turki selama libur Hari Raya Idul Fitri.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA-EFE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) selama empat hari saat libur Hari Raya Idul Fitri. Kebijakan itu diambil untuk mencegah kemungkinan lonjakan kasus baru Covid-19 di negara tersebut.

Dilansir di RT, keputusan itu diumumkan oleh pemimpin Turki pada Senin (18/5). Karantina wilayah akan mulai berlaku pada 23 Mei, ketika umat Islam di seluruh dunia merayakan akhir bulan suci Ramadhan.

Baca Juga

"Saya berharap setelah liburan, kita akan berada dalam situasi di mana pembatasan dan jaga jarak sosial tidak lagi diperlukan," kata Erdogan dikutip di RT, Selasa (19/5).

Hari Raya Idul Fitri adalah hari libur utama di Turki. Umat Muslim dan orang-orang sering berkumpul dalam kelompok besar berisi keluarga dan teman-teman untuk merayakan bersama. Tak jarang, untuk meryakan Hari Raya Idul Fitri, mereka akan melakukan perjalanan ke kota-kota lain. Perayaan Idul Fitri biasanya berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

Masjid yang berada di Turki akan tetap ditutup selama libur hari raya. Erdogan menyebut, rumah ibadah kemungkinan baru bisa digunakan untuk sholat Zhuhur dan Ashar pada 29 Mei.

Sejauh ini, Ankara menghindari penerapan penguncian anti-Covid-19 berskala nasional dan tetap berpegang pada pendekatan regional. Tindakan penguncian ketat hanya memengaruhi sekitar 30 kota di Turki.

"Karena menyebarnya pandemi ini, sekolah akan tetap ditutup hingga akhir tahun akademik yang sedang berlangsung. Pendidikan jarak jauh akan berlanjut hingga 19 Juni," ujar Erdogan.

Proses belajar-mengajar dengan cara konvensional, dengan murid benar-benar mengunjungi sekolah, akan dilanjutkan pada bulan September. Senin (18/5) kemarin, Turki mencatat lebih dari 150 ribu kasus Covid-19 dikonfirmasi, termasuk lebih dari 4.100 kematian. Statistik terbaru Universitas Johns Hopkins menunjukkan negara ini mengalami puncak infeksi pada bulan April. Saat ini tingkat penyebaran telah melambat secara signifikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement