Kamis 21 May 2020 12:44 WIB

Al Farghani: Perintis Astronomi Modern

Al-Farghani adalah tokoh yang mengenalkan sejumlah istilah astronomi asli Arab.

Al Farghani: Perintis Astronomi Modern. Ilustrasi Ilmuwan Muslim
Foto: Mgrol120
Al Farghani: Perintis Astronomi Modern. Ilustrasi Ilmuwan Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli astronomi Barat abad pertengahan menyebutnya Al-Farghanus. Ia astronom termasyhur pada zamannya. Nama lengkapnya Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kathir al-Farghani.

Al-Farghani begitu kemudian sejarah Islam mengenalnya. Diambil dari kata Farghana atau Transoxania, yaitu sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Tidak diketahui secara pasti tanggal berapa ia dilahirkan. Tapi, banyak sejarawan menyebutkan ia hidup pada masa pemerintahan al-Makmun (813-833) hingga meninggalnya al-Mutawakkil (847-881).

Baca Juga

Al-Farghani hidup pada masa puncak keemasan ilmu pengetahuan Islam. Khalifah pada masanya merupakan pecinta ilmu pengetahuan.

Didirikannya Akademi al-Makmun merupakan salah satu bukti kecintaan khalifah terhadap ilmu pengetahuan. Dalam akademi inilah al-Farghani memulai pengkajian tentang ilmu astronomi. Kesungguhan al-Farghani diikuti dengan dukungan khalifah berupa peralatan canggih peneropong bintang untuk mengetahui ukuran bumi dan juga membuat laporan ilmiah.

Karier al-Farghani berlanjut dalam ilmu astronomi. Ia berhasil menyelesaikan penelitian mengetahui diameter bumi dan jarak antara bumi dengan planet lain. Selain itu, ia juga turut merancang hadirnya Darul Hikmah al-Makmun, ikut dalam proyek pengukuran garis lintang bumi, menjabarkan jarak, dan diameter beberapa planet. Sebuah pencapaian yang luar biasa pada masa itu.

Pemikiran dan Karya Al-Farghani

Sebuah Buku Al-Farghani, Harakat As-Samawiyya Wa Jawami Ilm An-Nujm (Asas-Asas Ilmu Bintang) memuat kajian tentang bintang. Buku ini paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu astronomi Eropa.

Dalam buku ini, al-Farghani mengadopsi teori Ptolemaeus dan mengembangkannya hingga menjadi teori yang berdiri sendiri. Apresiasi atas buku ini bukan hanya muncul dari sarjana Muslim, sarjana non-Muslim pun menyambut gembira.

Karya ini diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dalam bahasa Inggris, judulnya diubah menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya oleh John Seville pada 1135, sebelum kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an. Sebelum 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.

Pada masa selanjutnya, Dante melengkapi karya al-Farghani ini dengan menambahkan pendapatnya tentang astronomi dan memasukkan karyanya yang berjudul La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli, juga menerjemahkan karya ini dalam bahasa Yahudi, dan menjadi terjemahan latin versi ketiga (1590). Pada 1669, Jacob Golius menerbitkan teks Latin yang baru. Bersamaan dengan itu, sejumlah ringkasan karya al-Farghani telah beredar di kalangan para ilmuwan. Di kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui sebagai sebuah karya sangat berpengaruh bagi para ilmuwan masa itu.

Tidak di bidang astronomi, al-Farghani juga aktif di bidang lain, seperti teknik. Seorang ilmuwan, Ibnu Tughri Birdi, mengatakan al-Farghani pernah ikut melakukan pengawasan proyek pembangunan Great Nilometer di Kairo Lama (861). Nilometer adalah sebuah alat pengukur pasang-surut air sungai Nil.

Alat ini dibangun di Pulau Roda, sebelah selatan Kairo. Nilometer berbentuk tiang yang mampu mencatat ketinggian air. Bangunan tersebut berhasil diselesaikan bersamaan dengan wafatnya Khalifah al-Mutawwakil, sang pencetus pembangunan Nilometer.

Al-Farghani juga pernah ditugaskan melakukan pengawasan proyek penggalian kanal di kota baru, al-Ja’fariyya, yang terletak berdekatan dengan Samaran di daerah Tigris atau dikenal dengan nama Proyek Kanal al-Ja’fari. Saat itu, al-Farghani memerintahkan para pekerja membuat bagian hulu kanal lebih dalam daripada bagian lain.

Dengan begitu, tidak akan ada air yang mengaliri kanal tersebut, kecuali jika permukaan air sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan al-Farghani ini sempat membuat khalifah marah, namun hitungan al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik yang berpengaruh, Sind bin Ali. Akhirnya, sang khalifah mau menerima kebijakan tersebut. Dalam bidang teknik, al-Farghani juga membuat karya dalam bentuk buku, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti dan Kitab ‘Amal al-Rukhamat.

Karya utama Al-Farghani berbahasa Arab masih tersimpan baik di Oxford, Paris, Kairo, Dan di Perpustakaan Universitas Princeton, Amerika Serikat. Atas karya dan jasanya yang begitu banyak, nama al-Farghani dikenal sebagai salah satu perintis astronomi modern. Al-Farghani adalah tokoh yang mengenalkan sejumlah istilah astronomi asli Arab pada dunia, seperti azimuth, nadir, dan zenith.

Sumber: https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/04/29/al-farghani-perintis-astronomi-modern/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement