Kamis 21 May 2020 16:00 WIB

Ekspor Jepang Anjlok Hingga Level Terburuk dalam 11 Tahun

Penurunan ekspor Jepang tercatat anjlok hingga 22 persen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Ekspor Jepang anjlok, ilustrasi
Foto: techgenie.com
Ekspor Jepang anjlok, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pada April 2020, ekspor Jepang anjlok hingga hampir 22 persen, penurunan terburuk sejak sebelas tahun yang lalu.

Pandemi virus corona mengguncang permintaan otomotif, mesin, dan bahan-bahan kimia. Pada Kamis (21/5) Kementerian Keuangan Jepang juga mengumumkan pada April lalu impor turun sebesar 7 persen dibandingkan tahun lalu, penurunan ekspor terburuk sejak Oktober 2009 ketika Negeri Sakura terdampak krisis finansial global tahun 2008. Jepang yang tergantung pada ekspor harus berhati-hati dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Baca Juga

Selain menahan laju penyebaran virus, Jepang juga harus memastikan perekonomian terus berjalan. Pandemi memukul keras ekspor ke kawasan.

Pengiriman ke AS turun 38 persen sementara impor naik 1.6 persen. Karena ketegangan politik surplus perdagangan dengan AS turun 75 persen dibandingkan tahun lalu.

Ekspor Jepang ke Uni Eropa pada April anjlok 28 persen. Sementara, impor dari kawasan ini turun 8 persen.

Perdagangan ke China yang menjadi pusat wabah tidak terlalu berpengaruh. Ekspor hanya turun 4 persen dan impor dari Cina naik 12 persen year-on-year.

Secara keseluruhan total ekspor Jepang menjadi 5,2 triliun yen atau 48 miliar dolar AS, turun dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6,7 triliun yen.  Impor turun dari 6,6 triliun yen kini menjadi 6.1 triliun yen.

Ekspor mobil, mesin, bahan kimia, dan tekstil menjadi sektor yang paling terdampak. Penjualan Toyota Motor Corp dan Hondo Motor Corp di seluruh dunia mengalami penurunan besar-besar. Kedua perusahaan itu salah satu pilar ekonomi Jepang.  

Secara teknis Jepang sudah mengalami resesi setelah konstraksi pada kuartal terakhir tahun lalu, semakin mendalam pada bulan Januari hingga Maret. Para analis meramalkan ke depannya Negeri Sakura akan mengalami resesi yang lebih buruk lagi.

Seperti sebagian besar negara lainnya, Jepang juga meminta masyarakat untuk bekerja di rumah untuk menahan penyebaran virus corona. Tapi mereka mulai melonggarkan peraturan pembatasan sosial di beberapa daerah yang tingkat penularannya rendah. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement