Jumat 22 May 2020 09:23 WIB

Destinasi Ekowisata Diproyeksi Bakal Diminati Pascapandemi

Pandemi Covid-19 mengubah jenis atau tipe dan pengelolaan destinasi wisata.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pesona ekowisata hutan mangrove yang berada di pesisir Laut Jawa, Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Kamis (5/12).
Foto: Dok Kelompok Petani Mangrove Pasir Putih
Pesona ekowisata hutan mangrove yang berada di pesisir Laut Jawa, Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Kamis (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksi produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati pascapandemi Covid-19. Hal itu dipicu oleh kondisi new normal atau tren baru dalam berwisata. Wisatawan akan lebih memperhatikan protokol-protokol wisata khususnya kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani menjelaskan, pandemi ini mengubah jenis atau tipe dan pengelolaan destinasi termasuk di dalamnya kegiatan ekowisata. Untuk itu, evaluasi dan penataan ulang pola perjalanan ekowisata yang disesuaikan dengan kondisi new normal diperlukan.

Baca Juga

“Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam atau outdoor paling cepat rebound karena ecoturism bukan mass tourism, tetapi wisata minat khusus. Kita mendukung akan kembalinya atau malah berkembangnya ekowisata di Indonesia. Ke depannya, kami akan konsentrasi di wisata ecotourism dan wellness tourism,” kata Rizki dalam keterangannya, yang diterima Republika.co.id, Jumat (22/5).

Direktur Indonesia Ecotourism Network Ary Suhandi menjelaskan, ecotourism, adventure tourism, dan wellness tourism diperkirakan memang akan menjadi produk-produk yang paling diminati pascapandemi, khususnya untuk kegiatan dengan grup kecil dan aktif seperti interaksi di luar ruangan, kegiatan edukasi alam untuk keluarga, hingga aktivitas yang berkontribusi pada konservasi alam. “Adventure juga berpeluang besar, khususnya kegiatan dalam grup kecil dan aktivitasnya dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. Wellness tourism juga diprediksi cepat rebound. Banyak orang membutuhkan kebugaran pasca-kerja rutin yang tinggi dengan market-nya adalah orang dari kota,” kata dia.

Ary menjelaskan, ekowisata sebgai produk sebuah destinasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan pada pentingnya menjaga kualitas lingkungan kawasan tempat mereka berwisata. Namun, dalam konteks ekowisata, penyempurnaan diperlukan. Keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya. Di samping itu, kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal perlu diperhatikan.

“Covid-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata,” katanya.

Sementara itu, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti mengatakan, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru. Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan makin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi.

“Sebagai contoh, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) biasanya menghubungkan kota-desa. Kemudian, ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi. Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement