Jumat 22 May 2020 17:39 WIB

PDB Negara OKI pada 2020 Diprediksi Merosot

Sejumlah negara OKI merevisi target pertumbuhan ekonominya.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pemandangan Monumen Nasional (Monas) yang berada di jantung kota Jakarta, Senin (26/8). Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 di negara-negara OKI diproyeksi merosot. Semua negara merevisi kebawah proyeksi pertumbuhannya.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pemandangan Monumen Nasional (Monas) yang berada di jantung kota Jakarta, Senin (26/8). Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 di negara-negara OKI diproyeksi merosot. Semua negara merevisi kebawah proyeksi pertumbuhannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bekerja sama dengan Dinar Standard dan Salaam Gateway meluncurkan laporan dampak wabah Covid-19 pada keuangan syariah di negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Laporan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi sejumlah regulator baik pemerintah maupun swasta.

Laporan tersebut diluncurkan pada Jumat (22/5) dalam pertemuan virtual yang melibatkan sejumlah partisipan dari berbagai negara. Direktur KNEKS Ventje Rahardjo menyampaikan laporan ini menyediakan informasi dampak wabah beserta potensi solusi dari keuangan syariah agar bisa memitigasi krisis akibat Covid-19. 

"Negara-negara Islam punya instrumen keuangan sosial syariah seperti ziswaf dan instrumen investasi seperti sukuk yang bisa jadi solusi dalam mengatasi dampak wabah," katanya.

CEO Dinar Standard, Rafi-uddin Ahmed Shikoh menyampaikan, respons cepat sangat diperlukan agar keuangan syariah global bisa tetap bertahan di kondisi pandemi. Sehingga informasi yang relevan bisa membantu dalam mengatasi dampak wabah bagi institusi keuangan syariah.

"Laporan ini menyajikan perspektif dari para pelaku industri beserta analisisnya di 12 negara yang merepresentasikan 87 persen aset keuangan syariah global," katanya.

Laporan ini menunjukkan kondisi 12 negara Islam dari negara teluk (GCC), Asia Tenggara, Afrika, dan Asia Tengah. Mulai dari Turki, Arab Saudi, Pakistan, Iran, Uni Emirate Arab, Bangladesh, Indonesia, Nigeria, Bahrain, Oman, Malaysia, dan Brunei.

Rafi-uddin menyampaikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 di negara-negara OKI diproyeksi merosot. Semua negara merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhannya. Seperti Turki yang proyeksinya turun jadi minus 5 persen dari semula tiga persen.

Arab Saudi juga merevisi pertumbuhan negatif 2,3 persen dari proyeksi awal 1,9 persen. Iran memproyeksikannya turun jadi minus 6 persen dari semua nol persen. Dilihat dari indeks pergerakan bursa saham Islam, Indonesia mencatat performa paling baik, diikuti oleh Bahrain dan Bangladesh di kala pandemi.

Pertumbuhan sukuk negara-negara OKI juga turun. Sukuk index returns per Desember 2019 hingga April 2020 menunjukkan penurunan dengan puncak pada Maret menjadi minus 0,32 persen. S&P Ratings memproyeksikan penerbitan sukuk turun dari 162 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 100 miliar dolar AS pada 2020.

Sementara itu, nilai outstanding sukuk secara global pada 2019 tercatat sebesar 574,1 miliar dolar AS, naik dari tahun 2018 yang sebesar 454,5 miliar dolar AS. Wabah Covid-19 dapat menjadi momentum untuk negara-negara Islam menerbitkan sukuk dalam membantu pemulihan ekonomi.

Menurut laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) tahun 2019, aset keuangan syariah global pada 2018 tercatat 2,5 triliun dolar AS. Jumlah tersebut direpresentasikan oleh hampir 1.500 institusi keuangan syariah di seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement