Ahad 24 May 2020 11:32 WIB
Papua

Kapan Islam dan Muhammadiyah Hadir di Tanah Papua?

Sejarah Belum Dituliskan: Kapan Islam dan Muhammadiyah Tiba di Tanah Papua

Mengumandang adzan di Papua.
Foto: google.com
Mengumandang adzan di Papua.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Sampai hari ini soal sejarah kawasan Timur Indonesia khususnya Papua memang masih begitu menyimpan banyak misteri. Bahkan kalangan sejarawan mengatakan kawasan itu, khususnya Papua, masih gelap. Sangat jauh misalnya dengan sejarah kawasan barat Indonesia yang tampak sangat terang. Apalagi sejarah kawasan Jawa yang disebut sudah transparan berkat jasa besar para sejarawan Belanda, salah satunya H.J De Graaf,

Soal sejarah Papua misalnya, dalam sebuah kesempatan mendiang sejarawan lulusan Universitas Leiden, Belanda, Dr Muridan mengatakan sejarah kawasan itu harus lebih banyak ditulis dan dikaji. Terutama sejarah kawasan Papua yang oleh Belanda selaku ‘mantan tuan’ koloni Indonesia juga tak banyak mengkajinya. Pembahasan atau data mengenai Papua dalam arsip lama Belanda tak ada yang mandiri. Situasi wilayah ini selalu hanya ditempelkan secara sekilas ketika membahas situasi Maluku, Ternate dan Tidore.

‘’Jadi ketika saya studi arsip kuno Belanda soal Papua di Belanda, entri data Papua kebanyakan menempel para soal-soal wilayah lain di Maluku, khususnya soal Kesultanan Ternate dan Tidore. Sedangkan kajian Indonesia soal wilayah itu baru mulai serius pasca integrasi Papua di tahun 1960-an. Misalnya adanya kajian antropologis oleh Prof Koentjaringrat, ‘’ kata Muridan yang menulis disertasi soal Sultan Nuku dalam sebuah diskusi di Fakultas Sejarah UI.

Beberapa pandangan berbeda menjelaskan bagaimana pertama kali Islam masuk dan menyebar di tanah Papua. Syiar Islam di negeri ‘Mutiara Hitam’ mulanya tersebar di wilayah Papua Barat. Masyarakat di sana menyakini, Islam lebih dahulu tersebar dibandingkan agama lain.

Nahimunkar | 500 Tahun Islam di Papua, Dari Raja Ampat Hingga ...

Masih gelapnya sejarah Papua secara umum, makin terasa bila ingin mengetahui kapan kiranya ajaran Islam sampai ke tanah tersebut. Sampai hari ini bangsa Indonesia, khususnya kaum Muslim sendiri, juga belum banyak yang mengenalnya. Buku-buku ajar sejarah di sekolah-sekolah juga tak memuatnya. Kaum Muslim Indonesia secara umum, baik dai dan ulama, juga banyak tak mengenalnya.

Akibatnya, banyak yang terkejut bila menjumpai orang Muslim asal Papua karena mereka selama ini menyangka tanah itu begitu terasing dari sentuhan ajaran Islam. Khususnya lagi peran Persyarikatan Muhammadiah.  Hal ini juga membuat Papua oleh Muslim Indonesia semakin dianggap sebagai wilayah serba 'terra incognita' (wilayah tak dikenal), alias antah berantah. Yang terdengar dari luar soal wilayah itu seolah hanyalah nestapa dan konflik.

A. Kapan Islam Tiba di Papua?

Sampai hari ini soal kapan Islam sampai ke Papua masih terjadi silang pendapat. Ada yang mengatakan mulai abad ke 13 Masehi, ada pula yang mengatakan itu terjadi seiring dengan eksisnya ajaran Islam di Kesultanan Tidore dan Ternate yang kala itu menguasai wilayah itu. Ajaran Islam pun kala itu dianggap masih menumpang lewat karena warga dari dua kesultanan itu tak berdiam di sana. Mereka hanya sekedar singgah untuk mencari teripang, ikan, kayu hitam, atau hasil laut dan hutan lainnya.

Bahkan dalam perkembangan terakhir ada klaim yang menyatakan ajaran Islam sudah eksis di Papua sejak dekade kedua tahun 1200 M. Indikasi ini berasal dari artefak sebuah Alquran kuno berukuran besar yang terdapat di Papua. Fakta ini dikatakan Raja Patipi ke XVI, H Ahmad Iba, dengan menegaskan bila Islam masuk ke Papua sejak 17 Juli 1224 M.

Iba mengisahkan, Islam dibawa oleh Syaikh Iskandar Syah ke Messia atau Mes Keajaan Patipi. Saat itu Syaikh Iskandar bertemu dengan seseorang bernama Kris Kris.

" Dan beliau (Syaikh Iskandar Syah, red) mengajarkan apabila kalian ingin selamat, ingin sejahtera, kalian harus mengenal alif lam lam ha (Allah), dan mim ha mim dal (Nabi Muhammad SAW) dan dilanjutkan dengan pembacaan syahadat,” tuturnya seperti dilansir Kiblat.net.

 

Ternyata Islam Masuk ke Papua sejak Tahun 1224, Ini Buktinya | aksi.id

  • Keterangan foto:  Raja Patipi ke XVI, H Ahmad Iba, dan Alquran kuna. (Foto:kiblat.net)

Adanya silang pendapat itu hingga sekarang masih terjadi, misalnya di antara pendapat sejumlah penguasa di Raja Ampat-Sorong, Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni-Manokwari. Masing-masing memiliki argumen berdasarkan informasi dari pendahulu mereka dan juga bukti sejarah yang menjadi peninggalan berharga.

Salah satu bukti dari jejak awal penyebaran Islam di Papua adalah adalah berdirinya tiga masjid bersejarah di sana. Alhasil mereka menyatakan bahwa awal Islam memang terjadi setelah ada komunitas Muslim yang jumlahnya signifikan mulai mendirikan tempat ibadah ini.  Tiga masjid tertua di Papua ini adalah sebagai berikut:

  1. Masjid Tua Patimburak

Masjid Tua Patimburak - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Saksi bisu penyebaran Islam di Kokas, Fakfak, Papua Barat, adalah masjid tua di Kampung Patimburak. Tepatnya, masjid yang masih berfungsi hingga saat ini dibangun oleh seorang alim bernama Abuhari Kilian pada 1870.

Menurut catatan sejarah, masjid dengan konsep sebuah gereja ini merupakan masjid tertua di Fakfak. Selama keberadaannya, masjid ini pernah beberapa kali direnovasi. Namun, bentuk aslinya tetap dipertahankan, seperti empat pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid dan lubang bekas peluru tentara Jepang.

Peneliti Balai Arkeologi Papua, menyebutkan bahan dasar arsitektur Masjid Patimburak hampir keseluruhannya berasal dari lingkungan sekitar, yakni dari kawasan Teluk Berau yang terdapat di sekitar pesisir Fakfak. Menurutnya, bangunan masjid ini dari kayu, bambu, pasir laut dan kapur sebagai campuran pasir laut untuk konstruksi temboknya, semua berasal dari sana.

2. Masjid Hidayatullah Saonek.

SARANA IBADAH DI KAMPUNG SAONEK – KAMPUNG SAONEK

Masjid ini terletak di Jl H Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah. Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau.

Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya.

3. Masjid Abubakar Sidik

Masjid ini berdiri pada tahun 1524. Memiliki luas tanah 900 meter persegi dan luas bangunan 400 meter persegi. Lebih dari 2.000 jamaah mampu ditampung di masjid ini. Masjid yang terletak di Kampung Rumbati, Distrik Furwagi, Fakfak, ini masih memiliki model yang sederhana. Warna biru muda dan putih menghiasi bangunan tersebut.

Terdapat dua tingkat dengan beratap seng. Bangunan di tingkat kedua hanya menutupi setengah bangunan. Luasnya lebih kecil daripada bangunan di bawahnya. Masjid ini terletak di pinggir pantai dengan fondasi batu yang tinggi.

  • Tiga Masjid Bersejarah di Papua | Republika Online

    Keterangan foto: Jamaah di Masjid Abubakar Sidiq, Fakfak, Papua.

                        

                                ******


Dan ketika mencari tahu soal kepastian kapan awal ajaran Islam tiba di Papua, seorang putra Papua yang merupakan alumni Universitas Al Azhar, Mesir, dan kini menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat, Ahmad Nausrau, menyatakan belum bisa memastikanya. Menurutnya, pihaknya terus meneliti sejarah yang tercatat dan terdokumentasikan mengenai masuknya Islam di Papua. Ini bernilai stragetis karena secara baik akan menjadi aset yang sangat berharga sekaligus warisan ilmu pengetahuan kepada generasi muda penerus bangsa agar.

“Jadi kamu orang Papua  mengetahui sejarah dan peradaban para leluhurnya dimasa lalu. Setidaknya landasan filosofi pemikiran inilah yang menginspirasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi  Papua Barat untuk tergerak melakukan penelitian sejarah masuknya agama Islam di Tanah Papua, khususnya Papua Barat, ‘’ kata Ahmad Nausrau.

Namun, lanjut Nausrau, boleh dibilang bahwa agama Islam merupakan salah satu agama yang sudah cukup lama masuk dan berkembang di Tanah Papua. Namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan dan siapa yang pertama kali membawa agama Islam ke Tanah Papua.

‘’Untuk mengatahui sejarah itu tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Semua harus dikaji dengan seksama,’’ ujarnya.

Maka, lanjut Nausrau, perlu ‘mujahadah’ dan ikhtiar yang sungguh-sungguh agar hasilnya optimal dan tentu saja bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah keshahihannya.

Berawal dari sinilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat kemudian menggandeng peneliti dari LIPI dan pihak terkait lainnya untuk datang ke sejumlah daerah di Papua Barat yang disinyalir sebagai tempat masuknya agama Islam pertama kali di Tanah Papua.

“Hasil penelitian ini pada akhirnya akan diseminarkan dan dijadikan tonggak baru peradaban Islam di Papua Barat. Insya Allah dokumen tersebut akan dijadikan buku dan bahan ajar di sejumlah pesantren dan madrasah di Papua Barat sehingga generasi muda yang akan datang mengetahui sejarah ini,’’ tegas Nausrau lagi.

Bukan hanya itu, kata Nausrau, berdasarkan hasil penelitian ini juga akan dibangunkan situs dan museum sejarah Islam di Papua Barat sehingga diharapkan nantinya bisa menjadi destinasi wisata religi di Papua Barat. Tentu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memperkaya hasil penelitian ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement