Senin 25 May 2020 14:51 WIB

Sopir Truk BBM Positif Covid-19 di Lampung, Meninggal

Pasien 85 tersebut sehari-hari mengangkut dan mengantar BBM antardaerah di Lampung.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Reihana.
Foto: Antara
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Reihana.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sopir bahan bakar minyak (BBM) yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Lampung, akhirnya meninggal dunia pada Ahad (24/5) siang. Pasien 85 tersebut sehari-hari mengangkut dan mengantar BBM antardaerah di Lampung.

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id, Ahad (24/5) petang, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandar Lampung menyatakan, pasien 85 sejak dinyatakan positif langsung dilakukan perawatan di ruang isolasi di rumah sakit Kota Bandar Lampung. Kondisinya memburuk dua hari terakhir.

Menurut Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Lampung dr Reihana, pasien 85 tersebut tidak ada riwayat perjalanan ke daerah terjangkit.  “Pasien ini tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19, dan sehari-hari mengemudi truk BBM,” kata Reihana, yang juga kepala Dinkes Kota Bandar Lampung.

Pasien 85 sehari-hari mengemudikan truk muatan BBM antardaerah diantaranya Terbanggi Besar (Lampung Tengah), Mesuji, dan Kota Metro. Pasien tersebut pernah berobat jalan ke dokter praktik swasta pada 11 Mei 2020.

Pada 12 Mei 2020, pasien 85 dirujuk ke rumah sakit swasta dengan diagnosa typoid. Besoknya, pasien mengalami batuk, sesak napas, dan dirawat di rumah sakit swasta Kota Bandar Lampung.

Pada 16 Mei 2020, pasien tersebut diambil swabnya. Dua hari selanjutnya, kondisi pasien memburuk, petugas medis memasang ventilator untuk membantu pernafasannya.

Pada 19 Mei 2020, hasil swab sopir truk BBM tersebut yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung, terkonfirmasi positif. Akhirnya pasien dirawat di ruang isolasi rumah sakit swasta di Kota Bandar Lampung.

Pasien 85 tersebut belum diperoleh konfirmasi tertulang virus corona dari pihak mana. Pasalnya, pasien tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah terjangkit, dan tidak berkontak dengan pasien positif lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement