Selasa 26 May 2020 14:24 WIB

Pantai Gading Tolak Laporan AS Mengenai Pekerja Anak

L aporan AS menyebutkan jumlah pekerja anak di industri coklat Pantai Gading tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, ABIDJAN -- Pantai Gading akan menolak hasil penelitian yang didanai amerika serikat mengenai tingginya angka pekerja anak pada industri perkebunan coklat, kecuali peneliti mengubah terlebih dahulu metodologi yang digunakan dalam riset. Penelitian tersebut didanai oleh departemen tenaga kerja Amerika Serikat dan hasil akhir riset akan dipublikasikan pada 29 juni.

Laporan itu mengungkap pekerja anak pada perkebunan coklat di Pantai Gading dan ghana telah meningkat dalam beberapa dasawarsa terakhir, meskipun para pelaku usaha berjanji akan mengurangi jumlah pekerja anak, menurut rancangan hasil riset tersebut.

Baca Juga

Beberapa survei yang menjadi dasar laporan tersebut dijalankan oleh Universitas Chicago pada 2018 dan 2019. laporan itu merupakan publikasi ketiga yang dibuat setelah ada kesepakatan antara industri coklat dan anggota Parlemen AS pada 2001.

Pemerintah Pantai Gading dan pemerintah ghana pada april menolak metodologi yang dipakai peneliti, khususnya cara membandingkan data pada 2018/2019 dengan data tertentu yang dihimpun pada 2013 dan 2014 dalam laporan sebelumnya. pasalnya, data riset sebelumnya itu diyakini bermasalah.

Ibu Negara Pantai Gading, Dominique Ouattara, mengatakan sejumlah pejabat telah menyampaikan keberatan terhadap penelitian tersebut, tetapi Departemen Tenaga Kerja tidak juga bersedia membuat perubahan. 

"Alhasil, Pantai Gading tidak dapat membenarkan isi laporan survei 2018/2019, karena bermasalah," kata Ouattara lewat pernyataan tertulis, seraya menyebutkan beberapa kemajuan melawan pekerja anak yang telah dilakukan pemerintah.

Sejauh ini, belum jelas apakah penolakan tersebut akan menunda publikasi hasil survei. Departemen Tenaga Kerja AS dan University of Chicago belum menanggapi pertanyaan terkait masalah tersebut.

Dalam draf laporan itu, peneliti mengakui ada kekeliruan sejumlah data pada survei 2013/2014, yang dihimpun oleh periset dari kampus lain. Namun, para peneliti mengatakan mereka telah menjalani langkah tertentu guna mencegah kekeliruan tersebut memengaruhi data yang baru ditemukan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement