Dubes Ungkap Suasana Lebaran di Arab Saudi dan Mesir

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 26 May 2020 20:32 WIB

Dubes Ungkap Suasana Lebaran di Arab Saudi dan Mesir. Foto: Dubes RI untuk Saudi Agus Maftuh Abegebriel  Foto: dok. kemenag.go.id Dubes Ungkap Suasana Lebaran di Arab Saudi dan Mesir. Foto: Dubes RI untuk Saudi Agus Maftuh Abegebriel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Umat muslim di seluruh dunia merasakan keprihatinan saat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah di tengah pandemi Covid-19. Selain Indonesia, yang warganya diminta untuk tetap di rumah, negara-negara Arab pun demikian.

Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengungkap suasana Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah Arab Saudi di tengah pandemi Covid-19, diberlakukan full lockdown selama 24 jam.

Baca Juga

Selama itu juga, semua warga yang tinggal di Saudi tidak dibolehkan ke luar. Bahkan, Pemerintah melarang warganya shalat Idul Fitri di masjid maupun mushala.

"Semua masjid di semua wilayah Kerajaan Arab Saudi mulai dari ujung timur kota Dammam sampai ujung barat kota Jeddah, tidak ada satu masjid pun yang dibuka untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri," ujar Agus saat teleconference virtual dengan media gugus tugas penanganan Covid-19, Selasa (26/5).

Ia mengatakan, pelaksanaan shalat Idul Fitri hanya boleh dilakukan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah Al Munawaroh. Itupun, lanjut dia, dilaksanakan dengan jamaah yang sangat terbatas.

Ia menerangkan, Saudi memperlakukan aturan tidak boleh melaksanakan salat Idul Fitri di masjid dan mushola seluruh wilayah Arab Saudi, berdasarkan kaidah sangat terkenal, Jalaluddin as Suyuthi, yang juga diikuti para ulama-ulama dan akademisi Indonesia.

Dalam kaitannya, sesuatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan kecuali dengan sesuatu yang wajib juga. Kaidah ini untuk melarang pelaksanaan Idul Fitri di masjid masjid dan mushola pertimbangannya sesuatu yang wajib yaitu demi menjaga nyawa yang harus diprioritaskan ketimbang Shalat Idul Fitri hukumnya sunnah, sementara menjaga nyawa hukumnya adalah wajib.

Ia melanjutkan, kaidah kedua yang dipakai untuk kebijakan ini sama juga yang sering digunakan ulama Indonesia, bahwa segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan bahaya, segala sesuatu yang berdampak negatif, segala sesuatu yang mengancam keselamatan nyawa harus dihilangkan.

"Jadi yang perlu saya tekankan di sini bahwa kebijakan ini dekrit raja dan raja di Saudi ini sangat efektif dan tidak ada seorangpun yang berani melanggar dekrit ini," ujarnya.

Untuk silaturahim lebaran, Pemerintah Saudi mengimbau agar komunikasi antar warga negara Saudi dan juga para ekspatriat yang tinggal di Saudi menggunakan sosial media. Imbauan ini pun, diikuti oleh seluruh warga yang tinggal di Saudi.

"Satu hal yang menarik Ketika saya membaca medsos di Arab Saudi ini para warga negara saudi dalam medsosnya selalu mendoakan pemerintahnya, mendoakan Raja Salman bin Abdul Aziz, mendoakan waliyullah Muhammad Salman, mendoakan semua menteri dan semua pejabat pejabat tinggi di Saudi agar diberikan kekuatan oleh Allah dalam menghadapi pandemi Covid-19," ujarnya.

Sementara di Mesir, Duta Besar RI untuk Mesir Helmy Fauzy mengatakan, pelaksanaan lebaran di Mesir memang berbeda dibandingkan sebelumnya karena pandemi Covid-19. Hingga Senin (25/5), total kasus Covid-19 di Mesir berjumlah 17.967 orang, atau meningkat signifikan sejak awal Ramadhan.

"Idul Fitri di Mesir juga tahun ini tidak ada pelaksanaan Shalat Idul Fitri di masjid atau lapangan yang menimbulkan kerumunan warga dalam jumlah yang besar, masjid di tutup oleh Pemerintah Mesir," ujarnya.

Karena itu, suasana lebaran di Mesir, Kairo khususnya, menyesuaikan tantangan pandemi Covid-19. Bahkan KBRI Kairo yang biasanya melakukan Shalat Idul Fitri di KBRI, juga ditiadakan demi mencegah penyebaran virus Covid-19.

"Kami mengikuti kebijakan Pemerintah baik Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Mesir," ujarnya.