Jumat 29 May 2020 20:47 WIB

New Normal, Ini Masukan AYPI untuk Pendidikan Islam

AYPI mengharapkan adanya kebijakan yang lebih fleksibel dan tidak kaku.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: wahidah
Ilustrasi: Siswa madrasah
Foto: Antara/Syaiful Arif
Ilustrasi: Siswa madrasah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI ) memberi beberapa masukan kepada para pemangku kepentingan terkait konsep new normal di dunia pendidikan Islam.

 "Permasalahan mendasar yang masih perlu dipikirkan matang oleh berbagai macam pemangku kebijakan adalah bagaimana merumuskan bentuk pembelajaran di era new normal di mana Covid-19 belum menunjukkan kurva menurun bahkan belum melandai," kata Ketua Umum AYPI,  Mirdas Eka Yora melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (29/5).

AYPI, menurut dia, mengharapkan adanya kebijakan yang lebih fleksibel dan tidak kaku. Ia menerangkan, ada beberapa pilihan terkait proses belajar dan segala hal terkait pembelajaran.

Pertama, metode pembelajaran yang akan diterapkan disesuaikan dengan kondisi wilayah yang bersangkutan. Artinya, jika suatu wilayah berisiko tinggi maka masih melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ.)

Pemerintah juga perlu melengkapi dengan dukungan kebijakan yang lebih mendukung PJJ. Sebab, masalah yang muncul saat ini adalah adanya kesenjangan yang besar antara anak-anak perkotaan dengan pedesaan. "Sangat banyak anak di pedesaan tidak punya kemampuan finansial dan juga kurangnya kemampuan teknologi, baik siswa maupun orang tuanya," ucap Mirdas.

Kedua, pembelajaran dalam bentuk blended learning. Mirdas mengatakan, salah satu masalah utama yang dirasakan selama lebih dari dua bulan mempraktikkan PJJ yakni hanya 30-50 persen yang efektif. Sementara sisanya tidak tercapai hasil yang diinginkan.

Salah satu kendalanya adalah para guru yang belum siap dengan PJJ. Ternyata, hampir 60 persen guru masih gagap teknologi. "Solusi yang bisa dilakukan adalah sebagian siswa menjalani pembelajaran dengan PJJ dan sebagian lagi dengan tatap muka tapi menerapkan disiplin protokol Covid-19. Bisa dilaksanakan seperti di Jepang, dua hari ke sekolah, sisanya di rumah melalui PJJ," papar dia.

Mirdas berpandangan, kebijakan new normal yang terukur, terencana, dan terlaksana dengan baik, bisa membantu sekolah-sekolah Islam terutama swasta untuk bisa terus bernafas melanjutkan perjuangan dan kiprah mereka dalam memajukan dunia pendidikan.

Dia mengungkapkan, banyak sekolah Islam swasta yang terancam tutup dan tidak sanggup lagi menggaji para guru karena minimnya SPP yang dibayar para wali murid. "Dan juga sangat penting secara terus-menerus dibangun kesadaran semua pihak untuk menjaga dengan sungguh- sungguh semua langkah-langkah protokol Covid-19," ujarnya.

Menurut Mirdas, hal lain yang tak kalah penting adalah menanamkan dan berkampanye secara intensif tentang pentingnya asupan makanan yang memperkuat daya tahan tubuh untuk melawan Covid-19. Sebab, virus ini dapat dikalahkan oleh asupan makanan yang sehat bergizi dan sesuai anjuran para ahli medis. "Misalnya, banyak minum air panas, susu panas, vitamin C dan E, telur dan lainnya.’’

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement