Sabtu 30 May 2020 17:23 WIB

Din: New Normal Harus Jadi Harapan agar Krisis Berlalu

Din Syamsuddin mengatakan new normal harus jadi harapan agar krisis berlalu.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Din Syamsuddin
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Di Syamsuddin mengakui bahwa pandemi Covid-19 mengubah banyak sistem hidup manusia. Ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 berakhir, juga membuat kondisi masyarakat begitu sulit.

Dengan adanya kenormalan baru atau new normal dipandangnya sebagai sebuah harapan. Sebab, dengan diterapkannya prosedur tersebut diharapkan dapat secara perlahan membuat situasi kembali membaik.

Baca Juga

"Bagi kita di Indonesia new normal tentu harus menjadi harapan agar krisis segera berlalu," ujarnya dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (30/5).

Din meminta pemerintah untuk cermat dalam mengkaji new normal, sebelum diterapkan. Hal itu agar semua pihak, khususnya masyarakat dapat memaknai kenormalan baru dengan baik.

"Artinya musibah harus dihadapi dengan instrospeksi diri, mawas diri terhadap apa saja yang dilakukan selama ini," ucapnya.

Pria yang kini merupakan Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) itu menjelaskan, new normal dipastikan akan mengubah sistem yang ada saat ini. Khususnya pada sektor ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Tetapi jika penerapannya dipaksakan, bukan tak mungkin hal tersebut akan menimbulkan krisis baru. Lantaran, kasus positif Covid-19 di Indonesia belum menunjukan kurva yang menurun. "Maka the new normal akan menjadi the new normal crisis, dan oleh karena itu kita tetap rancang yang namun tidak harus dimulai sebelum krisis berlalu," katanya.

Kebijakan new normal juga harus mengedepankan kepentingan masyarakat. Bukan hanya menuruti segelintir pihak, yang ingin meraih kesempatan di tengah pandemi. "Bersama kita bisa, itu harus saatnya diterapkan kebersamaan dalam arti sejati. Tidak boleh ada interest pribadi," ujar Din.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement