Sabtu 30 May 2020 22:19 WIB

Pemilik Wisata Perahu Banting Setir di Tengah Pandemi

Pemilik perahu wisata kehilangan mata pencaharian saat pandemi.

Sejumlah warga menaiki perahu bermesin (kelotok) untuk menyusuri Sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (6/6/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Sejumlah warga menaiki perahu bermesin (kelotok) untuk menyusuri Sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (6/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pandemi COVID-19 telah banyak mengubah tatanan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Wabah mematikan tersebut, juga membuat para pelaku usaha, harus berpikir keras untuk bisa bertahan.

Bukan hanya pengusaha besar tetapi juga usaha kecil dan menengah. Seperti yang dialami 88 pemilik kelotok atau perahu kayu wisata di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Baca Juga

Sejak wabah COVID-19 menyerang Kota Seribu sungai sekitar tiga bulan ini, membuat sektor pariwisata di Banjarmasin lumpuh total. Para pemilik perahu wisata kehilangan mata pencaharian.

Begitu Tim Gugus Tugas Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengumumkan, telah ditemukan kasus positif COVID-19, Pemerintah Kota Banjarmasin langsung menutup seluruh tempat wisata untuk menghindari penyebaran.

Saibani yang biasa dipanggil Isai, pemilik kelotok yang mangkal di lokasi wisata Siring Sungai Martapura, Banjarmasin, mengaku, saat ini untuk bertahan hidup, berbagai upaya telah dia lakukan. Bahkan, dia rela melakukan pekerjaan apapun yang penting halal. Sayangnya, hal tersebut juga belum mampu menutupi kebutuhan hidupnya.

Bahkan, dia terpaksa harus menjual beberapa aset pribadi, untuk menutupi kekurangan kebutuhan hidup sehari-hari. "Kami terpaksa menjual barang berharga milik kami tetapi tetap tak bisa menutupi kebutuhan hidup kami. Makanya kami sangat berharap bantuan dari pemerintah," katanya.

Isai mengaku, telah berusaha mencari pekerjaan lain, seperti menjadi buruh bangunan. Namun, lantaran proyek banyak yang terhenti pekerjaan itu juga sulit didapatkan.

"Saya mau menjual perahu, tapi juga tidak ada yang beli, karena kondisi seperti ini, mencari pinjaman juga tidak mudah," katanya.

Kondisi serupa dialami pemilik kelotok lainnya, Fatmawati, Dia mengaku telah menjual barang-barang berharga milikinya, untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut dia, kini barang berharga yang dia miliki telah dijual, mulai emas hingga kendaraan roda dua. Sayangnya semua itu belum juga bisa menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

Dia mengakui pemerintah telah memberikan bantuan sembako selama mereka tidak bekerja. Namun, kata dia, bantuan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement