Ahad 31 May 2020 14:13 WIB

Menanti Adzan Hagia Sofia Kembali

Mengenang 563 tahun pembenasa Konstantinopel

Haga Sofia yang letaknya berada di dalam komplek Istana Topkapi, Turki.
Foto: kaskus.
Haga Sofia yang letaknya berada di dalam komplek Istana Topkapi, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis Buku dan Traveller.

Hari Jum’at lalu, 29 Mei, beberapa masjid di Jakarta sudah mulai digunakan untuk jamaah shalat Jum’at kembali. Meski Masjid Istiqlal dan masjid-masjid besar lainnya masih ditutup.

Ketidakjelasan instruksi mengenai “new normal” yang dimaksudkan membuat warga bertanya-tanya. Termasuk DKM masjid-masjid kecil yang tidak tahu harus bertanya kemana.

Tersebab pandemi, hampir dua bulan ini masjid-masjid di seluruh dunia ditutup. Keputusan berat harus diambil untuk kemaslahatan umat.

 

Tanggal 29 Mei 567 tahun lalu, ada sebuah peritiwa besar mengubah sejarah dunia. Namun akhir dari kisahnya, membuat satu masjid besar terpenjara. Hingga hari ini masih menunggu pembebasannya.

Hari itu, menjelang waktu Ashar, Konstantinopel berhasil dibebaskan. Setelah pengepungan yang berlangsung dari Jumat, 6 April 1453.

Sang Pembebas, Sultan Muhammad Al Fatih lalu menuju satu tempat: Aya Sofya atau Hagia Sophia dalam pelafalan lokal.

Hagia berarti “ibu”, Sophia berarti “kebijaksanaan”. Bangunan itu adalah gereja terbesar sekaligus simbol negeri Konstantinopel.

HAGIA SOPHIA Gereja dan Masjid dalam Satu Ruangan | KASKUS

Tidak seperti yang ditulis John Freely dalam buku larisnya “Istanbul Kota Kekaisaran”, kalau perang itu adalah penaklukan bersimbah darah yang menggenang sampai betis.

Sebenarnya yang terjadi adalah, saat Al Fatih datang dan memasuki Aya Sofya, banyak penduduk Konstantinopel yang berlindung di dalamnya.

Al Fatih lalu menyerukan, mereka yang berlindung di dalam Aya Sofya aman. Mereka bisa kembali ke rumah masing- masing dan menjalani hidup seperti biasa. Termasuk tetap memeluk agamanya. Ia memberikan jaminan tidak akan ada yang mengganggu mereka.

Kalau ada yang ingin meninggalkan Konstantinopel, pasukannya akan mengawal sampai negeri yang dituju dan memastikan keselamatannya sepanjang perjalanan.

Tentu saja hal ini mencengangkan, karena bukan kali pertama Konstantinopel diserang. Tidak pernah ada musuh yang memperlakukan mereka sebaik dan seadil Al Fatih.

Al Fatih lalu memerintahkan pasukannya untuk membersihkan bangunan itu dari patung dan simbol-simbol Nasrani lainnya, namun tidak ada yang boleh merusaknya.

Gambar-gambar besar yang terlihat di kubah dan hampir seluruh ruangan hanya ditutup dengan plester sehingga tidak terlihat lagi.

Altar yang menghadap ke Timur tetap dibiarkan berada di tempatnya. Ia hanya memerintahkan

untuk mendirikan mihrab yang menghadap ke arah kiblat.

Jumat, 1 Juni 1453 adalah hari penting yang tercatat dalam sejarah. Untuk pertama kalinya adzan berkumandang di Konstantinopel.

Seruan “Hayya ‘ala sholah (Marilah kita salat)” menjadi angin sejuk yang membawa cahaya rahman dan rahim.

Selama 470 tahun lebih kumandang adzan terdengar lima waktu dari minaret Aya Sofya. Hingga kejatuhan Daulah Utsmani dan presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Atatürk, mengubah Masjid Aya Sofya menjadi museum pada 1935.

Innalillahi wa innailaihi rojiun.

Masjid besar itu masih menunggu pembebasannya. Angin segar sempat disampaikan presiden Erdogan tahun lalu. Dalam sebuah wawancara ia menyebutkan, “Aya Sofya akan segera dibebaskan (difungsikan sebagai masjid kembali).”

Semoga seiring berakhirnya pandemi dan dibukanya kembali masjid-masjid yang berserak di penjuru bumi, kumandang adzan terdengar dari Aya Sofya lagi.

Biidznillah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement