Rabu 10 Jun 2020 04:25 WIB
Ibnu Sina

Juni 980 - Juni 2020: Mengenang 1040 Tahun Ibnu Sina

Mengenang Ibu Sina, Muslim Jenius Bapak Ilmu Pengetahuan Modern

Ibnu Sina (Avecina).
Foto: google.com
Ibnu Sina (Avecina).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Di bulan Juni pada tahun pandemi Corona di 2020 ini, ternyata merupakan peringatan hari ulang tahun Ibu Sina yang ke 1040.  Ibu Sina yang dikenal di barat dengan sebutan Avicena memang lahir pada bulan Juni 980 M di sebuah desa di dekat Bukhara, (Uzbekistan).

Adanya pengingat atas hari lelahiran Sina sebagai salah satu bapak Ilmu pengetahuan dunia datang dari mantan Wapimred Republika, DR Natsir Tamara, dalam diskusi di grup WA Perhimpunan Penulis Satupena di mana dia duduk sebagai ketuanya,

"Tahun  ini kita memperingati 1.040 tahun kelahiran Ibnu Sina (Avicenne). Beliau yang menghargai pemikiran filsuf Yunani dan  mendorong penerjemahannya  berjasa dalam pengembangan sains,’’ kata Nasir Tamara yang menyelesaikan pendidikan doktornya di Universitas Sorbonne, Prancis.

Kala Sina lahir kemudian -- seperti ditulis Wikipedia-- dia diasuh oleh  sebuah keluarga elit di sebuah kekuasaan dalam dinasti Persia di Central Asia dan Greater Khorasan. Ibunya, bernama Setareh, berasal dari Bukhara. Ayahnya, Abdullah, adalah seorang yang dihormati karena soerang sarjana dari Balkh, sebuah kota penting dari Kekaisaran Samanid (sekarang dikenal dengan provinsi Balkh, Afghanistan). Ayahnya memang bekerja di pemerintahan Samanid di desa Kharmasain, kekuatan regional Sunni. Setelah lima tahun, adiknya, Mahmoud lahir. Ibnu Sina sejak kecil mulai mempelajari Al-Quran dan sastra, kira-kira sebelum ia berusia 10 tahun.

Sejumlah teori telah diusulkan mengenai madhab (pemikiran dalam islam) Ibnu Sina. Sejarawan abad pertengahan Zahir al-din al-Baihaqi (wafat 1169) menganggap Ibnu Sina menjadi pengikut Ikhwan al-Safa. Di sisi lain, Dimitri Gutas bersama dengan Aisha Khan dan Jules J. Janssens menunjukkan bahwa Avicenna adalah Sunni Hanafi. Namun, abad ke-14 Shia faqih Nurullah Shushtari menurut Seyyed Hossein Nasr, menyatakan bahwa ia kemungkinan besar adalah bermazhab Imam Dua Belas, Syiah.

Portugal 2013 ibn sina - avicena - usado - Sold through Direct ...

Sebaliknya, Sharaf Khorasani, mengutip penolakan undangan dari Gubernur Sunni Sultan Mahmud Ghazanavi oleh Ibnu Sina di istananya, percaya bahwa Ibnu Sina adalah Ismaili. Perbedaan pendapat serupa ada pada latar belakang keluarga Avicenna, sedangkan beberapa penulis menganggap mereka Sunni, beberapa lagi menganggap bahwa dia adalah Syiah.

Menurut otobiografinya, Ibnu Sina telah hafal seluruh Quran pada usia 10 tahun. Ia belajar aritmetika India dari pedagang sayur India Mahmoud Massahi dan ia mulai belajar lebih banyak dari seorang sarjana yang memperoleh nafkah dengan menyembuhkan orang sakit dan mengajar anak muda. Dia juga belajar Fiqih (hukum Islam) di bawah Sunni Hanafi sarjana Ismail al-Zahid.

Dan memang setelah dewasa Sinai sangat menekuni filsafat. Bahkan kelak dia dikenal sebagai salah satu orang yang memperkenalkan kembali filsafat Yunani. Bahkan, seperti di katakan Nasir Tamara, Sina berhasil mendamaiankan antarat filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan. Meski dia seorang Musim dia pernah merasa rendah diri keika berhadapan atau membahas filsafat Yunani yang menjadi dasar pemikiran Kristen Ortodok.’’ Di sinilah Sina membutkan integritasnya. Dia juga dikena sebgai salah satu bapak peletak dasar Ilmu kedokteran moderen,’’ kata Nasir.

Dalam soal ilmu pengetahuan kedokteran moderen jasa Ibnu Sina memang tak bisa dibantah. Khusus untuk pandemi akibat adanya penyebaran wabah dialah yang memperkenalkan istilah karantina. Kala itu ada tulisan dari mantan Jurnalis Republika lainnya,  Sigit Pramono, yang menyatakan bila kata "karantina" aslinya adalah Bahasa Italia "quarantine" (40 hari).

“Istilah ini diperlakukan Pemerintah Daerah Venesia terhadap semua awak kapal yang akan berlabuh di pelabuhan Ragusa pada sekitar tahun 1400 M. Semua awak kapal wajib mengurung diri selama 40 hari untuk sembunyikan bahwa mereka bersih dari infeksi penyakit campak. Tadinya waktu wajib mengurung diri hanya satu trentino (30 hari), tapi kemudian diperpanjang menjadi satu quarantine (40 hari)," kata Sigit.

Yang mengejutkan lagi, pernyataan itu kemudian dibenarkan oleh Dosen UIN Jakarta yang mantan wartawan, Akhmad Danial. Katanya ketentuan mengurung diri itu memang dari bapak kaum kedokeran moderen, Ibnu Sina. ‘’Bila diurut lagi ide dan kata itu dari Ibnu Sina, "Arba'iin" yang artinya 40 hari. Istilah ini kemudian diadopsi ke bahasa Italia jadi quarrantine.’’

Maka untuk memastikannya kemudian dicari hubungan karatina denan Ibnu Sina dengan bertaanya kepada 'dukun moderen' yang segalanya tahu: ‘Mbah’ Google. Di sana soal ini terkonfirmasi pada laman yang membahas tentang ‘para cendika Muslim’ (Muslim scholars). Di laman itu tertulis sebuah artikel yang begini isinya:



‘Adalah sarjana kedokteran Persia, Ibnu Sina (980-1037) yang pertama kali muncul dengan ide karantina untuk mencegah penyebaran penyakit. Dia menduga bahwa beberapa penyakit disebarkan oleh mikroorganisme. Untuk mencegah kontaminasi antar manusia, ia menemukan metode mengisolasi orang selama 40 hari. Dia menyebut metode ini al-Arba'iniya ("empat puluh").
Oleh karena itu, asal usul metode yang saat ini digunakan di banyak dunia untuk memerangi pandemi berasal dari dunia Islam.



Ibnu Sina juga dikenal sebagai Abu Ali Sina dan sering dikenal di barat sebagai Avicenna. Dia adalah seorang ‘Polymath’ Persia yang dianggap sebagai salah satu dokter, astronom, pemikir dan penulis Zaman Keemasan Islam yang paling signifikan. Di juga menjadi bapak kedokteran modern awal.

Dalam artikel 'Ibn Sina: An Exemplary Scientist' yang diterbitkan dalam 'The Fountain' penulis Ihsan Ali / Ahmet Guclu mengutip, buku Richard Colgan 'Nasihat untuk Dokter Muda' yang diterbitkan dari New York, di mana penulis menulis: "Ibn Sina dalam karya besarnya The Canon of Medicine (kini tersimpan di Perpustakaan Kedokteran Amerika Serikat).



IBN SINA (AVICENA) (980-1037) | Islamic world, Masonic art, Medicine

Ibnu Sina menyatakan bahwa “Sekresi tubuh organisme inang (misalnya, manusia) terkontaminasi oleh organisme asing yang tercemar yang tidak terlihat dengan mata telanjang sebelum infeksi." Mari kita ulangi pernyataan berusia milenium ini sebagai “Infeksi disebabkan oleh kontaminasi sekresi tubuh organisme inang oleh mikroorganisme asing yang tercemar.”



Semua ini jelas sangat mengesankan bahwa definisi ini hampir sama dengan definisi yang kita gunakan saat ini untuk infeksi. Dan yang lebih penting bahwa Ibnu Sina sudah berhipotesis tentang keberadaan mikroorganisme. Ibn Sina bahkan melangkah lebih jauh untuk berhipotesis bahwa penyakit mikroba (mis. TBC) dapat menular. Makanya mereka yang terinfeksi harus dikarantina. Semua ini jelas membuat kita tercengang akan instiusi dan visi Ibu SIna, "Bapak Pengobatan Modern Awal".

                                  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement