Kamis 11 Jun 2020 05:05 WIB

Bagaimana Jika Anak Belum Konsisten Sholat Wajib?

Orang tua hendaknya menjadi motivator anak dalam beribadah.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Bagaimana Jika Anak Belum Konsisten Sholat Wajib?
Foto: Antara/Septianda Perdana
Bagaimana Jika Anak Belum Konsisten Sholat Wajib?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai orang tua, wajar menginginkan anak-anak kita belajar dan meningkatkan keimanan dengan Allah dan Rasul-Nya. Tentu sebagai orang tua akan berusaha mengajar mereka tentang agama.

Nabi pernah menjelaskan manusia dilahirkan dalam keadaan murni, asli, fitrah, tetapi untuk menjaga fitrah seorang anak, lingkungan yang tepat adalah suatu keharusan karena memiliki dampak besar pada bagaimana anak dibesarkan. Sangat penting untuk mendekatkan anak kepada Allah dan ini adalah proses yang berkelanjutan.

Baca Juga

Sangat baik jika orang tua berusaha untuk hal tersebut dengan membeli buku-buku dan video Islami, tetapi juga perlu memastikan anak dapat terus mendengar nama Allah, pembacaan Alquran, tasbih dan berdoa. Hal ini juga penting untuk menghadirkan Allah dengan cara yang positif, menekankan sifat Maha Melindungi dan Maha Pengasih.

Sayangnya, beberapa orang tua justru mengajarkan tentang agama dengan mengancam anak-anak mereka untuk hukuman Allah atas perilaku mereka yang tidak diinginkan. Hal ini justru membuat anak takut dan bukan mendorong mereka berbuat lebih banyak sehingga mendapatkan ridha Allah.

Orang tua hendaknya tidak berharap terlalu tinggi terhadap anak. Orang tua dapat meminta hanya apa yang ada dalam kemampuannya dan dorong dia dengan prestasinya. Ini adalah motivator yang hebat, memastikan harga diri yang tinggi dan menanamkan kepercayaan diri untuk mencoba tantangan baru.

Orang tua bisa mengajarkan secara bertahap. Berikan pengakuan ketika dia telah menjalankan sholat dan menyemangatinya sampai sholat menjadi bagian dari hidupnya. Begitu seorang anak mulai melakukan ibadah dengan cara yang benar, ia segera menemukan keindahan dan kemanisannya dan secara alami ingin melakukan lebih sering.

Mengenai sholat, strategi lain yang dapat digunakan adalah menyoroti hal-hal positif yang dia lakukan dan mendorongnya belajar lebih banyak. Jika hanya menekankan kekurangan anak-anak, itu akan membuat mereka mengalami kemunduran dalam beribadah. Adalah penting tidak mencelanya ketika dia melakukan kesalahan dan mencoba memahami bahwa dia sedang mencoba memahami prinsip apa yang akan membimbingnya selama sisa hidupnya.

Hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua pada titik ini adalah membantu anak-anak mereka memahami hubungan pribadi mereka dengan Allah dan mengingatkan mereka bahwa pada akhirnya, Allah adalah satu-satunya yang akan membantunya. Allah Maha melihat segalanya.

Ketika anak berusia sembilan tahun penting agar orang tua bersikap tegas tetapi jangan mengomelinya. Jika sebagai orang tua terus membahas masalah ini sepanjang waktu, hanya itu yang dia dengar, maka akan sangat mudah baginya untuk membuat orang tua lepas kendali. Tetapkan harapan yang jelas, tetapi berusahalah menjadikan pengalaman itu positif.

Selama masa-masa sulit, orang tua dapat menceritakan kisah-kisah dari biografi Nabi dan sejarah Islam yang menunjukkan dukungan Allah bagi Rasul-Nya dan umat Islam selama kesulitan misalnya ketika perang badar dan membaca doa yang meminta bantuan Allah atau apa pun yang anak itu perlukan.

Menggunakan bahasa yang tepat dan cerita sesuai dengan usia anak, adalah cara yang bagus untuk mengajar anak-anak pelajaran yang mereka akan ingat alih-alih ceramah tentang moral atau nilai dan perilaku karena pada akhirnya ia harus tumbuh dengan mengetahui Alquran dan pesannya serta kisah Nabi.

Islam mengembangkan kepemimpinan melalui contoh, dan ini adalah metode terbaik untuk membesarkan anak-anak kita. Mereka harus memiliki contoh kepemimpinan dalam keluarga mereka sendiri, terutama pada orang tua mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dengan dasar Islam dan contoh utama Islam adalah kepribadian Nabi Muhammad.

Anak-anak belajar apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka dengar. Karena mata mereka mengingat tindakan dan otak mereka merekam gambar, lakuka ibadah harian seperti sholat, membaca Alquran, puasa dan katakan kebenaran di depan anak lalu biarkan anak untuk menyaksikan orang lain juga mengikuti perintah-perintah Allah. Ini dapat dicapai dengan mengunjungi rumah-rumah keluarga Muslim lainnya dan masjid serta berpartisipasi dalam acara-acara Islam.

Anak perempuan juga perlu tahu Islam juga membuat semua orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Konsep mengevaluasi dan menilai perbuatannya secara teratur untuk meningkatkan kinerjanya dapat diperkenalkan secara sederhana.

Alokasikan waktu untuk meninjau aktivitas harian dan mingguannya. Ketika berbicara, ceritakan kisahnya tentang bagaimana sebagai orang tua selalu berjuang memastikan melakukan doa dengan benar sehingga doa tidak ditolak.

Bagaimanapun, itu adalah hal pertama yang Allah minta kita pertanggungjawabkan pada Hari Kiamat. Jadikan anak sebagai mitra dalam mencoba menyenangkan Allah dalam menyelesaikan tugas ini.

Ingatkan dia Allah mencintainya karena dia percaya kepada-Nya dan Allah mencintai semua orang. Orang tua juga dapat mendukung tindakannya dengan mengatakan kepadanya bahwa Allah mengingat mereka yang mengingat-Nya dan ketika dia mengambil langkah menuju Allah.

Terakhir, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah berapa banyak waktu berkualitas yang orang tua habiskan bersama. Jika ini diabaikan, maka tindakan ini bisa menjadi tanda untuk memberikan bantuan atau perhatian darinya. Ini tidak berarti harus menghabiskan seluruh waktu bersama, tetapi waktu berkualitas.

Lakukan hal-hal bersama yang dia sukai, biarkan dia melihat bahwa orang tua peduli tentang hal-hal yang dia sukai juga, dan bukan hanya mengarahkannya tentang satu hal saja.

Sumber: https://aboutislam.net/counseling/ask-about-parenting/raising-positive-children/my-daughter-doesnt-want-to-pray/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement