Jumat 12 Jun 2020 05:14 WIB

Turki: Jangan Ikut Campur Soal Hagia Sophia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ingin mengubah Hagia Sophia menjadi masjid

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Pembacaan Surat Al-Fath di Hagia Sophia Turki
Foto: Anadolu Agency
Pembacaan Surat Al-Fath di Hagia Sophia Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki menunjukkan kemarahannya atas intervensi negara lain terkait kebijakan tentang Hagia Sophia. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kebijakan atas Hagia Sophia di Istanbul adalah bukan urusan internasional, tetapi masalah kedaulatan nasional.

Berbicara dalam wawancara yang disiarkan televisi, Mevlut Cavusoglu menanggapi diskusi baru-baru ini tentang kemungkinan pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid. Ia mengatakan situs populer itu dijadikan masjid setelah pasukan Islam menaklukkan Istanbul.

Menlu Turki Menekankan bahwa tidak seorang dan negara manapun bisa mengintervensi kebebasan beragama di Turki. Cavusoglu mengatakan Turki sangat peduli atas kehidupan beragama termasuk langkah-langkah Turki dalam 20 tahun terakhir terhadap berbagai minoritas di negara itu.

Diplomat Turki juga mengecam AS atas Laporan 2019 tentang Kebebasan Beragama Internasional yang diterbitkan baru-baru ini dan mengatakan sangat tidak layak bagi AS untuk mengomentari kebebasan beragama dan hak asasi manusia.

Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun. Pada tahun 1453, Hagia Sophia diubah menjadi masjid oleh Sultan Mehmet II ketika kekaisaran Ottoman menaklukkan Istanbul.

Setelah karya restorasi selama era Ottoman dan penambahan menara oleh arsitek Mimar Sinan, Hagia Sophia menjadi salah satu karya terpenting dalam dunia arsitektur.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menggarisbawahi bahwa Ottoman mengubah bangunan itu menjadi masjid alih-alih meruntuhkannya, ---nasib yang diderita oleh banyak masjid yang diambil dari Ottoman.

 

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement