Senin 15 Jun 2020 11:12 WIB

Muhammad Ali Heran Mengapa Hitam Diidentikkan Keburukan

Bahkan, Tarzan si raja hutan harus orang kulit putih.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Muhammad Ali menunjukkan tinjunya kepada wartawan saat konferensi pers dadakan di Mexico City pada file foto 9 Juli 1987 .
Foto: Reuters / Jorge Nunez File Photo
Muhammad Ali menunjukkan tinjunya kepada wartawan saat konferensi pers dadakan di Mexico City pada file foto 9 Juli 1987 .

REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Legenda tinju dunia Muhammad Ali merasa heran atas hal-hal yang identik dengan orang kulit putih dan warna putih. Ali menyoroti seolah tak ada hal baik pada diri orang kulit hitam dan warna hitam.

Rasa keheranan Ali sudah disampaikan pada ibunya sejak kecil. Ali bingung mengapa dalam beberapa dongeng, tokoh baiknya berkulit putih, misalnya putri salju. Ia juga heran saat mengetahui kisah Tarzan si raja hutan.

"Saya sendiri heran mengapa Tarzan raja hutan juga berkulit putih dan bisa bisa bicara dengan hewan, padahal orang Afrika (kulit hitam) yang tinggal di sana berabad-abad saja tak bisa bahasa hewan," kata Ali dalam cuplikan wawancara dengan BBC pada 1971.

Dominasi kulit putih ternyata tak hanya dalam dongeng belaka. Seiring bertambah dewasa, Ali menyadari orang kulit putih terkesan menjadi ras paling unggul.

"Miss America juga selalu berkulit putih, padahal orang kulit hitam yang cantik dan punya tubuh indah banyak. Miss World dan Miss Universe juga kulit putih," ujar Ali.

Ali akhirnya mengetahui bahwa hal-hal buruk cenderung dikesankan berwarna hitam. Ketika masih memeluk Kristen, Ali diajarkan bahwa kue untuk malaikat berwarna putih, sedangkan kue iblis berwarna gelap.

"Hal-hal buruk digambarkan berwarna hitam. Kue iblis, itik buruk rupa dalam dongeng, warnanya hitam, kucing hitam yang bawa ketidakberuntungan," ucap Ali.

Dalam istilah kebahasaan, dominasi putih terus berlanjut. Kebaikan dicitrakan berwarna putih, sementara kejahatan berwarna hitam. Padahal, menurut Ali, kejahatan bisa dilakukan siapa saja.

"Blackmail (pemerasan), mengapa tidak ada whitemail? Padahal, orang kulit putih berbuat jahat juga. Saya selalu penasaran. Sejak saat itu saya tahu ada yang salah (rasialisme)," tutur Ali yang memeluk Islam pada 1964.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement